Pages

Jumat, 05 Oktober 2012

Nyamuk jantan mandul untuk kendalikan DBD


View the original article here

Pencari rejeki pameran dan sepotong kisah mereka

Pengunjung arena pameran otomotif Indonesia International Motor Show di Jakarta Internasional Expo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (26/9). (ANTARA/Paramayuda)

Kami bergiliran kerja selama 15 menit dan istirahat 15 menit."
Jakarta (ANTARA News) - Dari Pulau Dewata, Kadek Juliartawan rela meninggalkan pekerjaannya di salon mobil dan mendatangi DKI Jakarta demi mengikuti perhelatan otomotif bertaraf internasional.

Kadek datang bukan sebagai wakil perusahaan kendaraan bermotor yang mempromosikan barang dagangannya selama 10 hari di Jakarta International Expo Kemayoran, melainkan justru sebagai pengelap mobil merek asing sejak hari pertama pameran berlangsung.

"Iya, (saya) kembali lagi ke Bali setelah pameran selesai," kata Kadek di sela-sela menjalani tugasnya di salah satu stan mobil asal Jepang dalam Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012.

Bersenjatakan kain lap dan cairan khusus dalam semprotan, Kadek harus siap beraksi ketika terdapat bekas noda atau sekedar jejak jari pengunjung di permukaan mobil agar kendaraan beroda empat itu selalu tampil mengkilap.

"Kami bergiliran kerja selama 15 menit dan istirahat 15 menit," tutur Kadek yang menjalani tugas bersama empat orang rekannya di stan itu.

Kadek dan rekannya harus datang sebelum pameran buka pada pukul 10 pagi kemudian mengenakan seragam hitam-hitam berbalut rompi perak dan mengakhiri tugasnya setelah pameran usai pada pukul 10 malam.

"Kalau Jumat, Sabtu, dan Minggu (datang) pukul sembilan pagi hingga sebelas malam," kata Kadek.

Selama mengikuti pameran, Kadek menyewa sebuah apartemen di Kemayoran bersama enam rekannya yang juga berasal dari luar Jakarta.

Penggalan kisah serupa datang dari Dede Yusuf yang bertugas sebagai petugas kebersihan lantai di stan merek mobil lain dalam satu ruang pameran tempat Kadek bekerja.

Pemuda asal Karawang, Jawa Barat, itu mengatakan baru pertama kali mengikuti pameran otomotif dan harus menjalani tugasnya selama empat hari terakhir IIMS 2012.

Tugas yang diemban Dede bersama tiga teman dari kantornya, perusahaan jasa kebersihan di Pondok Kelapa Jakarta Timur, hanya satu: memastikan lantai stan selalu bersih.

"Di (pameran) sini (dapat) bayarannya bayak tapi waktu (kerja) lebih lama," kata Dede yang mengaku memperoleh upah Rp70 ribu per hari pada Kamis dan Rp80 ribu per hari pada Jumat hingga Minggu.

Dede seringkali harus mengalah dengan para pengunjung yang mengorek informasi atau mengambil foto mobil pameran dan memilih membersihkan lantai yang agak sepi.

Sebagaimana Dede, Chairul Anwar juga berperan sebagai petugas kebersihan lantai dari perusahaan penyedia tenaga kerja di Duren Sawit Jakarta Timur bersama 17 rekannya.

Pria asal Cikarang Bekasi Jawa Barat itu mengatakan tidak punya waktu khusus untuk istirahat selama 12 jam bekerja di pameran yang melibatkan 310 perusahaan.

"Ya saling berkoordinasi saja dengan teman lain," tutur Anwar tentang mekanismenya berbagi waktu istirahat di sela-sela jam kerja.

Namun, Anwar mengaku harus menanggung sendiri ongkos makan karena perusahaan atau stan tempatnya bekerja tidak menyediakan paket konsumsi baginya.

"Kadang, ada juga teman yang berbaik hati memberi nasi kotak atau kupon makan," kata Anwar.

Jika Kadek, Dede, dan Anwar bertugas menjaga kebersihan obyek pameran dan stannya, Surono justru harus berkutat dengan kostum badut panda di stan mobil asal China.

Surono dan seorang rekannya yang juga mengenakan kostum panda bertugas menghibur terutama para pengunjung yang membawa anak-anak.

"Saya sudah bekerja sebagai badut sejak pensiun dari Kementerian Pertanian," kata Surono sambil sesekali diajak pengunjung berfoto.

Dengan logat Jawa, Surono mengatakan tidak lagi merasa gerah meskipun seluruh tubuhnya terbukus kostum selama sekitar sembilan jam dalam sehari.

Tiga lubang udara yang terletak di mata dan mulut kepala kostum panda menjadi saluran bagi Surono untuk bernapas sekaligus berbicara.

"Gampang kok lepasnya (kostum) sekitar 10 menit," kata Bapak dua orang anak itu.

Jika tidak menjadi penghibur di pameran, Surono berprofesi sebagai badut pengisi acara ulang tahun yang menyediakan 50 macam kostum sesuai keinginan pemilik hajatan.

Sementara Surono bergelut dengan kostum tebal untuk menghibur pengunjung, Togi Akhrobat malah berjuang menjaga keseimbangan dengan enggrang yang digunakannya dalam bungkus kostum kupu-kupu.

Togi, bersama tiga rekannya yang berkostum serupa, harus berjuang ketika akan berjalan atau sekedar mempertahankan posisinya berdiri di antara kerumunan pengunjung yang ber-'seliweran'.

"Tinggi (badan) saya menjadi lebih dari tiga meter. Panjang enggrangnya sendiri 1,5 meter," kata Togi sambil membukukkan badan agar mudah berkomunikasi.

Pria asal Cileungsi Kabupaten Bogor itu mengatakan hadir di pameran sejak pukul 11 siang hingga delapan malam dengan durasi kemunculan 30 menit dan istirahat sekitar 90 menit.

"Lama persiapan (tampil) 30 menit dengan enggrang, kostum, dan riasan," kata pemilik sanggar akrobat itu.

Seorang penghibur dengan enggrang, menurut Togi, membutuhkan proses latihan selama satu tahun agar siap tampil di depan penonton ramai.

"Karena mental juga butuh dilatih," kata Togi menguraikan keahlian yang dimiliki penghibur akrobatik.

Di arena pameran ruang terbuka (outdoor) IIMS 2012, Melinda mengatakan tantangan yang dihadapinya ketika menjelaskan kendaraan-kendaraan berat dan niaga kepada para pengunjung stan.

"(Mereka) yang berkunjung ke stan ini umumnya para pengusaha yang sudah tahu seluk-beluk truk," kata pramuniaga perempuan asal Jakarta itu.

Melinda mengatakan strategi menjual kendaraan niaga tidak banyak berbeda dengan kendaraan penumpang karena sejumlah fitur utama kedua jenis kendaraan itu sama.

"Mungkin yang agak susah itu kalau kendaraan baru karena punya teknologi baru," kata Melinda sembari menunjuk truk penarik kontainer asal Jepang.

Bersama 14 rekannya di satu stan, Melinda mengatakan masuk kerja pada pukul delapan pagi hingga sembilan malam dengan istirahat selama 45 menit setiap enam jam.

Ke-enam potongan kisah berbeda itu setidaknya menegaskan arti pameran yang tidak selalu merujuk pada obyek "ter-pamer" dan perusahaan yang memamerkan barang dagangan.

Selain enam orang itu, masih terdapat petugas keamanan, penjaga tempat parkir, dan teknisi yang tidak dapat di-elakkan peranannya dalam penyelenggaraan pameran.

(I026) Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com


View the original article here

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji

buku "Wartawan Naik Haji. Tersungkur di Gua Hira"

Jakarta (ANTARA News) - Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis oleh Dr Ali Shariati. Banyak artikel dan buku tentang perjalanan ibadah haji yang merujuk kepada buku Haji karangan Dr Ali Shariati ini. Sementara buku perjalanan haji yang ditulis dengan ringan juga banyak bertebaran.

Daya tarik sebuah buku perjalanan ada pada kejujuran dan spontanitas penulis pada kesan yang ditangkapnya selama dalam perjalanan. Salah satu buku perjalanan haji yang berkategori seperti itu adalah "Wartawan Naik Haji. Tersungkur di Gua Hira".

Buku yang diterbitkan Antara Publishing dan ditulis oleh wartawan senior Kantor Berita Antara, Akhmad Kusaeni itu memaparkan perjalanannya berhaji. Buku ditulis penggal perpenggal. Pada setiap bagian ditulis tuntas dan tidak terkait langsung dengan penggalan berikutnya.

Namun secara keseluruhan, isi buku adalah prosesi dan renungan dari makna prosesi itu. Seperti mengapa harus wukuf, mengapa harus melempar jumrah atau mengapa harus berqurban.

Buku yang bertebal 200 halaman dengan cover sang penulis berkafayeh itu berisikan 16 artikel. Artikel kedua, Tersungkur di Gua Hira dijadikan judul buku dan cukup menarik karena disitu digambarkan kebimbangan penulis, apakah mampu mendaki bukit setinggi 270 meter dari permukaan laut dengan anak tangga 600 lebih.

Di sisi lain dia menggambarkan bagaimana peziarah lain yang lebih tua, kakek dan nenek seusia ibunya mendaki dengan semangat. Lebih memalukan lagi, digambarkan bahwa Siti Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW, dalam usia 55 tahun setiap hari mengantarkan makanan untuk sang suami.

Sementara penulis yang berusia 47 tahun (2011) tak mampu menapaki anak tangga (hal 42). Dengan memompa semangat dan teringat pada obsesinya saat anak-anak dahulu tentang gua yang banyak diceritakan saat pengajian, maka akhirnya sampai juga penulis di sana. Di gua itu dia tersungkur (bersujud) mengenang perjuangan Rasulullah saat pertama kali menerima wahyu.

Kelebihan dari 16 artikel dalam buku ini adalah gaya penulisannya yang ringan, seperti laporan pandangan mata dan pemaknaan pada prosesi haji. Sudut pemaparan juga beragam, termasuk tentang tentang doa cepat mendapat jodoh (artikel ketiga, hal 47) atau Joki Hajar Aswad (artikel kelima, hal 71).

Sisi ringan lainnya yang enak dibaca adalah Mati Ketawa Ala Jemaah Haji (artikel ke-12, hal 147). Pada artikel ini penulis mengutip joke dan pengalaman mantan Ketua PB NU, KH Hasyim Muzadi yang menceritakan anggota jamaahnya yang tak kunjung mau naik bus umum karena kondektur meneriakkan "Haram! Haram!" sementara yang dimaksud adalah Masjidil Haram. Anggota jamaah mengira dirinya haram sehingga tidak boleh naik bus (hal 151).

Pada bagian lain diceritakan bagaimana KH Muzadi menggali pengakuan anggota jamaah hajinya yang belum biasa menggunakan fasilitas sanitari perkotaan. Disebutkan, muncul keluhan di pemondokan karena wastafel tempat cuci tangan berbau pesing. Saat ditanya, tidak ada yang mengaku kencing di situ.

KH Hasyim putar otak, dia bertanya kepada anggota pemondokan bagaimana fasilitas kamar mandi, apakah sudah memadai? Seorang kakek merespon dengan lugu, "Sebenarnya yang sekarang sudah baik Pak Kyai, cuma terlalu tinggi. Tadi pagi saya kencing susah, karena ketinggian saya bawa kursi ke kamar mandu." (hal 152).

Pada sisi lainnya, penulis menguraikan mana lebih afdhol, tahalul dengan memotong sebagian rambut, minimal tiga helaii, atau gundul. Digambarkan, banyak jamaah enggan mencukur rambut hingga gundul. Biasanya, alasan yang dikemukakan sangat pribadi.

Dalam artikel ke-13 tersebut, penulis menggambarkan proses pilihan mencukur gundul rambut tersebut seakan pilihan pribadi, bahkan menanyakan kepada kepada teman-temannya di "facebook" apakah memotong atau mencukur gundul jadi pilihan terbaik.

Namum, secara halus penulis menggiring pembaca pada aturan yang sebenarnya, mengapa lebih afdhol gundul bagi pria karena Rasulullah mencukur rambutnya hingga gundul ketika berhaji. Pada suatu riwayat diceritakan bahwa Nabi Muhammad menghimbau hingga tiga kali agar pria anggota jamaah haji memotong rambutnya hingga gundul, tetapi tidak dituruti.

Istri Nabi lalu memintanya agar mempraktikkan di depan pengikutnya, setelah itu maka semua laki-laki mencukur habis rambutnya mengikuti perbuatan Nabi, tanda sudah bertahalul.

Buku yang diisi dengan kata pengantar Menteri Agama RI Suryadharma Ali itu memuat foto bagus yang terkait dengan ibadah haji. Foto tersebut, sebagaian merupakan koleksi pribadi, sebagian lagi dari fotografer Antara yang pernah meliput disana.

Jika ada hal yang perlu diperhatikan adalah cukup dominannya foto penulis di buku ini. Suryadharma menyinggungnya dalam kata pengantar dan penulis menyadarinya sebagai bagian dari sikap narsisnya (Ucapan Terimakasih, hal 23).

Hal lain yang perlu diperbaiki adalah presisi penunjukan halaman pada daftar isi dengan kenyataan di dalam buku. Secara keseluruhan, buku ini layak dibaca karena artikelnya penuh warna dan enak dikunyah.

(E007) Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis ...

Membrane di bawah bulan purnama KapatBulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang penggaraman yang luas di selatan Sampang, ...

Klimaks Java Soulnation Festival musik Java Soulnation mencapai klimaks lewat penampilan deretan musisi pada hari terakhir pagelaran musik ...


View the original article here

Kamis, 04 Oktober 2012

Mendesakkah KPK miliki penyidik sendiri?

Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). (ANTARA/Puspa Perwitasari)

Jakarta (ANTARA News) - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang mencari dan mendidik puluhan penyidik setelah Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia memutuskan menarik 20 penyidik mereka di KPK dengan dalih masa kerjanya "sudah berakhir".

"Penarikan penyidik itu menganggu kinerja KPK," kata Juru Bicara KPK Johan Budi mengomentari keputusan Mabes Polri menarik 20 penyidiknya dari KPK.

Keputusan Polri itu muncul setelah Irjen Pol Djoko Susilo ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan alat simulasi bagi motor dan mobil yang nilai proyeknya tidak kurang dari Rp198 miliar.

Kasus ini terjadi ketika Djoko  menjadi Kepala Korps Lalu Lintas Polri dengan Wakil Kepala Korlantas Brigadir Jenderal Polisi Didik Purnomo.

Selain kedua jenderal itu, beberapa perwira menengah Polri juga diperiksa dalam kasus ini.

Jika KPK sudah menetapkan Djoko Susilo dan Didik Purnomo sebagai tersangka, polisi malah baru menetapkan kedua perwira tingginya itu sebagai saksi.

Akibat kasus ini Kepala Polri Jenderal Polisi Timur Pradopo memberhentikan Djoko Susilo sebagai Gubernur Akademi Kepolisian setelah sebelumnya Djoko berstatus pimpinan nonaktif Akpol.

Lalu, ketika para penyidik KPK mendatangi kantor Korlantas di Jakarta, mereka sempat dihadang dan dilarang memasuki kantor itu.

Namun setelah Ketua KPK Abraham Samad "turun tangan" dengan berbicara kepada Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polisi Komisaris Jenderal Sutarman, barulah penyidik KPK bisa masuk dan menggeledah berbagai ruangan Korlantas dan kemudian membawa pergi banyak sekali dokumen terkait pengadan alat simulasi tersebut.

Dari anggaran Rp198 miliar itu, KPK menduga sekitar Rp100 miliar "dimakan" para petinggi Polri.

Selama ini Jenderal Djoko Susilo dikenal di kalangan polisi sebagai perwira tinggi berotak encer sehingga mampu menghasilkan berbagai ide perbaikan bagi program kerja Polri.

Keputusan KPK membongkar hingga tuntas kasus dugaan korupsi alat simulasi ini rupanya membuat pimpinan Polri tidak berkenan hatinya sehingga memutuskan menarik 20 penyidiknya dari KPK, padahal lembaga antikorupsi ini masih sangat membutuhkan mereka.

KPK lalu memutuskan mencari sendiri penyidik penyidik baru sebagai pengganti para polisi itu.

"Kami bisa melakukan perekrutan di luar polisi dan jaksa," kata Johan Budi.

Selain penyidik polisi, yang juga diperbantukan ke KPK adalah sejumlah jaksa dari Kejaksaan Agung.

Kurangi ketergantungan

Keputusan Ketua KPK Abraham Samad untuk mendidik sendiri penyidik KPK adalah langkah tepat dalam mengatasi kekurangan tenaga penyidik di lembaganya itu.

Mengapa demikian? Sekarang saja gara-gara keputusan Mabes Polri itu KPK sudah kekurangan tenaga yang sangat parah, apalagi kalau Kejaksaan Agung juga berbuat hal sama, padahal kasus korupsi yang harus diperiksa KPK sudah begitu menumpuk.

Belum lagi kasus korupsi yang harus diselidiki dan disidik lembaga antikorupsi ini semakin banyak saja dari hari ke hari.

Setiap hari masyarakat praktis disuguhi berita memprihatinkan terutama mengenai dugaan korupsi yang melibatkan anggota DPR, pejabat pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah.

Rakyat sangat berharap KPK bisa menangani kasus- kasus korupsi itu hingga tuntas.

Pertanyaan demi pertanyaan dari benak jutaan orang Indonesia, apakah KPK dalam waktu yang sangat singkat ini mampu merekrut puluhan penyidik yang andal dengan "jam terbang" tinggi  sehingga bisa langsung bekerja tanpa dihambat oleh alasan apa pun?

Sejumlah polisi yang baru-baru ini mengundurkan diri karena "merasa tidak cocok" dengan atasannya sudah menyatakan minat dan niatnya bergabung dalam KPK.

Bila kabar itu benar adanya, tentu sangat menggembirakan karena KPK bisa "mengundang" mereka untuk segera mendaftarkan diri dan bergabung dengan KPK.

Jika polisi-polisi yang mundur dari instansinya itu bisa direkrut menjadi penyidik, maka KPK tidak lagi berlama-lama mendidik mereka mengingat mereka memang penyidik andal dan bisa dipercaya karena mereka memang aslinya penyidik polisi.

Masyarakat tentu berharap, mereka yang menjadi penyidik KPK bisa membuat kasus hakim ad hoc di pengadilan tindak pidana korupsi tidak terulang lagi.

Baru-baru ini seorang hakim wanita dan pria dikabarkan ditangkap karena  dicurigai bisa diajak "berunding" saat mengadili terdakwa kasus korupsi terutama "kelas kakap".

Sang hakim pria yang bertugas di Kalimantan ternyata bisa dengan "sesuka hatinya" terbang" ke Jawa hanya untuk "merundingkan" kasus korupsi yang ditangani pengadilan Tipikor.

Mengacu kepada kasus hakim ad hoc itu, kehadiran para penyidik baru KPK itu sangat didamba masyarakat agar lembaga ini bisa benar-benar bekerja profesional dan andal sekaligus tidak gampang tergoda setumpuk uang yang ditawarkan orang-orang bermasalah.

Jika akhrnya KPK penyidiknya sendiri, maka pimpinan Polri tentu tak akan berani lagi menggertak KPK dengan menarik penyidik mereka di KPK, karena stok penyidik KPK berlimpah.

Lain dari itu, rekrutmen penyidik oleh KPK bakal disambut hangat masyarakat karena mereka percaya penuh kepada KPK dalam memerangi korupsi.

Kasus penarikan 20 penyidik Polri dalam KPK itu seharusnya menjadi pelajaran sangat berharga bagi pimpinan Polri untuk tidak seenaknya membuat keputusan, apalagi keputusan itu diambil bertepatan dengan belitan kasus yang lagi ditangani KPK namun melibatkan orang-orang dalam Kepolisian.

(A011/A025) Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Membrane di bawah bulan purnama KapatBulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang penggaraman yang luas di selatan Sampang, ...

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis ...

Klimaks Java Soulnation Festival musik Java Soulnation mencapai klimaks lewat penampilan deretan musisi pada hari terakhir pagelaran musik ...


View the original article here

Karya anak bangsa "tersisip" di hajatan internasional

Tiga stan milik Institut Teknologi Bandung, Universitas Trisakti, dan Universitas Indonesia yang terletak di belakang arena Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012 sepi tanpa penjaga pada Senin (24/9) siang. (ANTARA News / Imam Santoso)

....saya datang ke pameran, tapi tidak tahu kalau ada mobil-mobil ciptaan Universitas."
Jakarta (ANTARA News) - Pasar otomotif nasional selama sepuluh hari terakhir September 2012 masih gegap-gempita dengan penyelenggaraan hajatan bertaraf internasional melalui Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012 yang diselenggarakan di Jakarta International Expo Kemayoran.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) selaku penyelenggara IIMS 2012 mengajak 25 merek kendaraan penumpang, 10 merek kendaraan berat, dan sejumlah pelaku industri pendukung otomotif untuk meramaikan pameran yang berlangsung 20-30 September itu.

Di antara riuh rendah pengunjung ataupun penjaja produk kendaraan bermotor bermerek asing, mobil riset ciptaan sejumlah mahasiswa dan staf akademik Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada Yogyakarta seakan memancing perhatian para pengunjung yang kebetulan melewati selasar Hall B.

"Kami tidak bayar (untuk memakai stan). Stan ini milik Ikatan Ahli Teknik Otomotif (IATO)," kata salah satu anggota tim mobil Bimasakti FT UGM, Wahyu, ketika dijumpai ANTARA News di arena JIExpo, Senin (24/9).

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Industri itu mengatakan beberapa pengunjung yang mampir ke stan Bimasakti penasaran apakah mobil yang mengikuti kompetisi "Student Formula SAE" di Jepang itu akan diproduksi massal.

"Ada pula (pengunjung) yang ingin dibuatkan mobil," kata Wahyu yang ditemani dua kawannya dari kampus.

Keberadaan kelompok stan khusus mobil konsep dan komersial karya mahasiswa berbagai kampus di IIMS 2012, bagi Wahyu dan rekan satu timnya, sangat dibutuhkan untuk mempromosikan inovasi produk dari dunia akademis.

Direktur Hubungan Mahasiswa IATO, Ziarini Z. Karmiadji, mengatakan stan IATO di IIMS 2012 ditujukan bagi dua tim peserta "Student Formula SAE" yaitu Bimasakti UGM dan Mushika ITB.

"Sayangnya mobil (ciptaan) ITB masih tertahan di Jepang," kata Ziarini menjelaskan ketidak-hadiran tim Mushika ITB di stan IATO.

Ziarini mengatakan IATO juga mendapatkan stan di selasar pada penyelenggaraan IIMS 2011 seluas 2x3 meter.

Berbeda nasib dengan Bimasakti yang berada di selasar hall, mobil bertema 'Mobil Murah Pedesaan' karya Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Viar Motor Indonesia (VMI) menyempil di antara kerumunan stan-stan produk aksesori kendaraan di arena semi-permanen Hall B.

Mobil konsep berwarna merah dan sekilas menyerupai Toyota Kijang 1980an itu harus bersaing dengan stan modifikasi dan onderdil untuk menarik perhatian pengunjung.

"Mobil ini proyek Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Provinsi) Jawa Tengah yang menggandeng pelaku usaha kecil dan menengah bidang otomotif, Unnes, dan Viar," kata staf divisi purna-jual VMI, Mujiono.

Mujiono yang bertugas menjaga stan VMI mengatakan pengunjung yang mampir ke stan mobil Viar hanyalah pengunjung dadakan yang bahkan tidak berencana mencari mobil produksi dalam negeri.

Para pengujung, menurut Mujiono, berhenti dan bertanya mengenai mobil VIAR karena keunikan bentuk mobil yang menggunakan mesin 300cc dan lima percepatan maju dan mundur itu.

"(Tapi) Mereka lebih tertarik dengan mobil-mobil bermerek," kata Mujiono sembari berharap mobil dengan perkiraan harga jual sekitar Rp30 juta itu berpeluang di kompetisi mobil-mobil murah.

Meskipun Disperindag Jateng selaku pemilik stan tidak memungut biaya sewa kepada VMI ataupun Unnes, Mujiono mengatakan stan yang mempromosikan karya mahasiswa dan UKM dalam negeri itu seakan menjadi pelengkap perhelatan internasional menargetkan 350 ribu pengunjung itu.

Sekitar empat meter dari stan mobil VIAR, dua stan kosong--satu diantaranya tertutup spanduk--berderet tanpa penjaga apalagi pengujung.

Mobil konsep beroda tiga dengan logo Universitas Indonesia (UI) di buritannya terlihat menghuni salah satu stan. Hanya sejumlah poster yang seolah bercerita tentang keberadaan mobil itu.

"Kami mengkombinasikan filosofi 'Keris' dan 'Garuda Keshava' ke desain kendaraan kami," tertulis dalam poster berbahasa Inggris yang menempel di pembatas stan.

Tulisan "Design Produk ITB" terpampang di muka atas stan lain yang juga tampak kosong.

"Pada hari pertama pembukaan pameran ada mahasiswa ITB yang menjaga di sana, tapi dia sudah kembali ke Bandung untuk kuliah," tutur seorang penjaga stan audio mobil yang berlokasi di depan stan kosong itu.

Terjepit di kedua stan kosong, Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik Mesin Universitas Trisakti memamerkan sejumlah poster dan selebaran inovasi karya kampus mereka.

"Kami melanjutkan (kegiatan) senior kampus yang selalu ikut IIMS sejak 2008," kata mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Trisakti, Andre Sumbung yang menjaga stan bersama tiga kawannya.

Andre mengatakan para pengunjung IIMS 2012 hanya melihat sepintas stan kampusnya karena ketiadaan produk inovasi di stan seluas 2x3 meter itu.

"Kami ciptakan robot pembersih kaca untuk gedung-gedung pencakar langit dengan tinggi satu meter dan lebar 700 cm," kata Andre.

Andre dan ketiga kawannya mengatakan bersedia merapikan dan menampilkan berbagai kreasi kampus mereka seperti genset berbahan bakar minyak goreng bekas (jelantah) ataupun mobil gokart jika stan mereka lima kali lebih besar dari stan itu.

Pertimbangkan kampus
Sekretaris Jenderal Gaikindo, Juwono Andrianto, mengatakan panitia IIMS memang tidak mengundang sejumlah kampus atau sekolah menengah kejuruan yang mempunyai produk otomotif untuk ikut serta dalam pameran internasional setahun sekali itu.

"Sebenarnya kalau ada permintaan (ikut pameran), kami pertimbangkan. Tapi, kalau tidak ada kami tidak mengajak (dari kampus) karena yang ini (peserta pameran) saja susah mengatur tempatnya," kata Juwono.

Public Relation Dyandra Promosindo, Dyah Putri, mengakui tiga kampus--ITB, Trisakti, dan UI--sengaja diundang sebagai kepedulian panitia terhadap perkembangan otomotif nasional.

"Lokasi disesuaikan dengan kebutuhan peserta," kata Dyah menjelaskan letak tiga stan perguruan tinggi yang berada di belakang arena pameran.

Dyah menambahkan panitia IIMS 2008 pernah mengelompokkan stan sejumlah perguruan tinggi yang memamerkan karya masing-masing, tapi tetap tidak menarik bagi pengunjung.

"Stan-nya kurang menarik, kurang pernak-pernik sehingga orang cenderung melewatinya saja," kata Dyah.

Namun demikian, para pengunjung IIMS 2012 menyatakan stan pameran produk otomotif perguruan tinggi nasional masih perlu dilibatkan dalam pameran bertaraf internasional itu.

"Sebagai ajang unjuk gigi produk dalam negeri dan dijual ke masyarakat," kata Eko Budi pengunjung pameran dari Jakarta.

Eko menyarankan lokasi stan-stan perguruan tinggi di dekat pintu masuk pameran agar para pengunjung langsung melihat produk-produk kampus.

Pengunjung dari Bekasi, Anwar Mushadat, justru bertanya alasan panitia meletakkan stan pameran karya sejumlah perguruan tinggi di belakang arena pameran yang seolah menyembunyikannya.

"Ini hari kedua saya datang ke pameran, tapi tidak tahu kalau ada mobil-mobil ciptaan Universitas," kata Anwar yang melanjutkan ketertarikannya mendatangi stan-stan itu.

Anwar mengatakan temuan atau inovasi generasi muda dari kampus harus diberikan ruang di tempat terbuka atau petunjuk jelas ke stan-stan itu.

Senada dengan Eko dan Anwar, Lina Asmara mengatakan produk Indonesia perlu mendapatkan tempat yang terbuka agar menarik perhatian publik.

"Selama produk itu mengutamakan keselamatan pasti banyak yang tertarik apalagi kalau harganya murah," kata Lina.

Kepopuleran mobil esemka di Solo pada awal 2012 memang menyuguhkan semangat nasionalisme industri otomotif nasional.

Alangkah bangganya jika semangat itu juga terlihat gamblang di arena pameran otomotif internasional yang juga dihadiri 903 jurnalis nasional dan 19 jurnalis asing itu.

(I026) Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Satu pukulan Lino untuk 130 tahun Inilah bukti bahwa birokrasi kita tidak jadi faktor penghambat. Kata-kata itu diucapkan dengan semangat oleh RJ Lino, ...

Membrane di bawah bulan purnama KapatBulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang penggaraman yang luas di selatan Sampang, ...

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis ...


View the original article here

Membrane di bawah bulan purnama Kapat

Menteri BUMN Dahlan Iskan (ANTARA)

Jakarta (ANTARA News) - Bulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang penggaraman yang luas di selatan Sampang, Madura. Orang-orang Bali merayakannya sebagai purnama kapat dengan sembahyang di pura. Orang Tionghoa sedunia merayakannya sebagai zhong jiu yue dengan saling membagi kue bulan yang terkenal itu.Tapi, di Madura, di ladang garam ini, para petani sedang meradang: harga garam mereka sedang jatuh-jatuhnya. "Di satu pihak harga garam turun drastis, di lain pihak  ongkos angkutnya naik," ujar Haji Ulum, seorang petani garam di situ. "Tahun ini kami seperti terpukul dari kanan dan kiri," tambahnya.Malam Minggu kemarin itu, di bawah sinar bulan purnama kapat yang menor itu, saya memang lagi weekend di Sampang. Kombinasi pancaran sinar bulan yang terang, dengan langit biru yang cerah dan hamparan luas putihnya garam yang mengkristal, membuat suasana malam itu seperti lagi di alam maya: tidak siang, tidak malam, tidak pagi, dan tidak senja. Pencipta puisi seperti Taufiq Ismail pasti akan bisa menggambarkan kemayaan suasana malam itu, sebagus puisinya tentang padang savana Sumba yang dibacakan penyair Umbu Landu Paranggi itu!Sayangnya kelompok-kelompok petani garam di Madura ini bukan seperti bait-bait puisi. Mereka justru seperti lagi kompak menyenandungkan tanya: mengapa di saat panen garam seperti ini impor garam terus terjadi!Memang secara teori garam luar negeri itu hanya untuk industri. Tapi semua bersaksi bahwa garam impor itu juga masuk ke pasar konsumsi. Maka panen raya garam yang luar biasa tahun ini (berkat kemarau yang terik) yang semula menimbulkan harapan besar untuk penghasilan yang lebih, berakhir dengan hampa.Tentu bukan berarti tidak ada hope. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sudah memutuskan menghentikan kebijakan lama. Mulai tahun depan tugas mendatangkan garam untuk industri hanya bisa dilakukan oleh BUMN PT Garam (Persero). Dengan demikian bisa lebih terkontrol. Hanya saja memang harus menunggu tahun depan.  Izin-izin lama impor garam itu baru berakhir pertengahan 2013.Hope yang lain adalah ini: membranisasi ladang garam. Program yang saya promosikan tahun lalu itu, kini sudah mulai ada hasilnya. Saya sengaja ke Sampang malam itu memang khusus untuk melihat dan mengevaluasi percobaan penggunaan membrane tersebut. Saya ingin tahu keadaan yang sebenarnya. Yang tidak hanya berbentuk laporan di atas kertas. Diam-diam dan agak mendadak saya meluncur ke Sampang. Kesimpulannya -meminjam istilah pelawak Tukul- ruaarrrr biasa!PT Garam sudah mencoba geomembrane ini di tiga lokasi: Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Semuanya di Madura, Jawa Timur. Di Sampang, geomembrane dipasang di areal seluas 30 ha. “Hasilnya naik 40 persen,” ujar Yulian Lintang, Dirut PT Garam yang malam itu mendadak saya ajak ke Sampang. Bukan hanya jumlah produksi yang meningkat tapi juga kualitas garamnya. Dengan geomembrane, tidak ada lagi garam kualitas dua atau kualitas tiga. Semuanya kualitas satu.Bahkan dengan geomembrane ini, PT Garam sudah mulai bisa menghasilkan garam pada bulan Mei. Tanpa geomembrane, panen pertama  baru terjadi di bulan Juli.Geomembrane seperti lembaran plastik tipis yang sangat lebar, selebar petak-petak ladang garam. Ukurannya sekitar 30 x 60 meter.Lembaran membrane tersebut dihampar di dasar ladang. Seperti tambak udang. Lalu air laut yang akan dijadikan garam dialirkan ke petak tersebut. Dalam waktu lima hari, kristal-kristal garamnya sudah mulai terlihat dan mulai mengendap.Ini beda dengan cara tradisional yang dasar ladangnya adalah tanah. Dua bulan lamanya petani harus membuat dasaran ladang garam. Yakni dengan cara membiarkan dan meratakan garam-garam awal musim berkali-kali. Setelah itu barulah bisa membuat garam yang sebenarnya. Itu pun ketika panen masih saja ada yang tercampur dengan tanah. Inilah yang menyebabkan munculnya garam kualitas dua dan tiga.Begitu PT Garam sudah bisa panen di bulan Mei, petani garam di sekitar lokasi tambak BUMN itu  terperangah. Bagaimana mungkin di bulan Mei sudah bisa panen. Mereka pun berbondong-bondong melihat teknologi baru itu. Apalagi ketika mereka melihat seluruh garam di atas membrane itu berkualitas satu. Para petani pun terpana.“Saya langsung mendaftar untuk mendapatkan geomembrane itu,” ujat Haji Taufik, seorang petani yang malam itu berbincang dengan saya.“Mendaftar ke mana?” Tanya saya.“Ke Dinas Perindusterian Sampang,” jawab Taufik.“Memangnya akan ada pembagian geomembrane?” Tanya saya lagi.“Saya dengar begitu. Tapi entahlah,” jawab Taufik.Tidak hanya Taufik yang tergiur dengan teknologi geomembranenya BUMN. “Saya juga sudah mendaftar,” ujar Haji Wasil, 43 tahun, petani garam yang lulusan FISIP Universitas Muhammadiyah Malang. Bagaimana dengan Haji Ulum, 37 tahun, yang juga bertani garam di situ? “Saya pun sudah mendaftar,” katanya. “Lho! Semuanya sudah mendaftar?” Tanya saya.“Iya Pak. Total ada lima kelompok yang sudah mendaftar. Kira-kira 50 orang,” ujar Ulum yang mengaku hanya tamat Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD), namun berkat ketekunannya bertani garam kini sudah memiliki sebuah Honda Jazz, satu pick-up, dan dua buah truk.Melihat hasil penggunaan geomembrane yang begitu nyata, saya memutuskan agar PT Garam menggunakan geomembrane 100% tahun depan. Yulian, Dirut PT Garam yang asli Lintang, Lahat, Sumsel, dan baru menjabat Juli lalu, bertekad akan melaksanakan keputusan ini. Bukan saja untuk BUMN sendiri tapi juga untuk memberikan contoh kepeloporan bagi petani garam secara keseluruhan.“Dari mana uangnya?” Tanya saya kepada Yulian Lintang.“Bisa dari pinjaman bank Pak,” jawab Yulian.“Bisa mengembalikan bunga dan pokoknya?” Tanya saya lagi.“Dalam dua tahun pinjaman sudah bisa lunas. Asal musimnya sebagus tahun ini,” ia menjawab tegas.Mendengar dialog tersebut para petani garam juga tersulut. Mereka bertekad akan menempuh cara yang sama. “Kalau memang tidak ada pembagian, saya juga mau lewat kredit,” ujar Haji Taufik, petani garam tamatan sekolah Pendidikan Guru Agama 6 Tahun yang sehari-hari naik Honda CRV. Taufik yang pernah diangkat menjadi guru agama tapi mengembalikan surat pengangkatannya itu memang petani garam yang cerdas.Taufik tidak hanya berladang garam. Ia juga mendirikan pabrik garam. Dia beli garam-garam kualitas tiga dari para petani sekitar. Dia beli mesin pencuci garam seharga Rp 500 juta. Dia cuci garam tersebut sehingga bisa naik menjadi kualitas dua. Atau dia cuci garam kualitas dua untuk bisa menjadi kualitas satu.Bahkan Taufik sebenarnya tidak ingin menunggu pembagian atau kredit. “Kalau saja harga garam tahun ini tidak jatuh, saya akan langsung membeli geomembrane,” ujarnya. Haji Ulum juga punya pikiran yang sama. “Sayangnya harga garam tahun ini jatuh. Saya lagi mikir lagi bagaimana bisa mendapatkan geomembrane,” katanya.Dengan geomembrane proses peningkatan suhu air laut memang bisa lebih cepat. Air laut yang disedot dan dimasukkan ke ladang garam suhunya hanya 3 derajat. Suhu itu harus terus dinaikkan. Caranya: air diputar-putar (dialirkan) dari satu petak ke petak lain sampai suhunya mencapai 20 derajat. Semua itu karena panas matahari. Dalam proses pindah-memindah air laut inilah terjadi juga pengendapan unsur-unsur kimia seperti FE, CACO3, dan CA Sulfat. Zat-zat itu harus ditinggal agar mutu garam bisa lebih baik. Artinya dengan mengurangi zat-zat tersebut NACL dalam garam bisa sangat tinggi.Setelah mencapai suhu 20 derajat itulah, air dimasukkan (dialirkan) ke petak/kolam terakhir. Hanya petak terakhir inilah yang perlu dilapisi geomembrane di dasarnya. Di petak terakhir ini air akan dibiarkan mencapai suhu 25 sampai 28 derajat. Inilah suhu yang bisa menghasilkan garam. Penggelaran geomembrane di dasarnya ikut membuat peningkatan suhu tersebut lebih cepat. Dalam lima hari, air laut di atas membrane tersebut sudah berubah menjadi kristal-kristal garam. Saat inilah ditentukan apakah garam yang dihasilkan akan dibuat menjadi kristal-kristal kecil atau kristal-kristal besar. Sesuai dengan keinginan pasar.Melihat tumpukan garam hasil dari ladang bergeomembrane ini rasanya seperti melihat mutiara-mutiara yang indah. Apalagi diterpa sinar bulan purnama yang sempurna.Maka seandainya BUMN dan semua petani garam di Madura sudah menggunakan geomembrane, Madura saja akan mampu memproduksi 1,2 juta ton garam setahun. Tinggal kurang 200.000 ton lagi untuk bisa mencukupi kebutuhan garam konsumsi secara nasional. Kekurangan itu bisa diperoleh dari Cirebon, Indramayu, dan Medan. Ini kalau semua petani di tempat-tempat tersebut juga ketularan menggunakan geomembrane.Kalau semua kebutuhan garam konsumsi sudah bisa dipenuhi, tinggal kita memikirkan kebutuhan garam untuk industri. Sayangnya kebutuhan garam untuk industri ini jauh lebih besar dari kebutuhan garam untuk konsumsi: 1,8 juta ton. Inilah yang masih harus diimpor. Harapan satu-satunya adalah NTT. Ada 5.000 ha lahan yang bisa dipergunakan untuk ladang garam di Kabupaten Kupang. Hampir sama dengan luasan seluruh ladang garam Madura. PT Garam sudah siap ekspansi ke sana. Namun lahan tersebut masih harus diselesaikan. Menyelesaikannya pun mungkin tidak mudah. Ini karena pemerintah sudah terlanjur memberikan izin Hak Guna Usaha (HGU) kepada sebuah perusahaan dari Jakarta. Perusahaan ini ingin membuat ladang garam raksasa dengan cara  modern.HGU itu sudah diberikan sejak 27 tahun yang lalu. Tapi sampai 27 tahun kemudian, hari ini, lahan itu masih tetap sama seperti 27 tahun yang lalu.Garam rasanya memang asin. Tapi kalau jumlahnya sudah mencapai 3,2 juta ton, manisnya bukan main.

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com


View the original article here

IIMS 2012, Tuhan berhias huruf kecil

New Honda CR-Z New Honda CR-Z, mobil sport yang tersedia dalam beberapa warna, Premium Northern Lights Violet Pearl, Premium Energetic Yellow Pearl, Premium White Pearl, Crystal Black Pearl, dan Milano Red. (ANTARANEWS/Marboen). ()

Rumusan verbal dari Yang Kudus dari ritual IIMS 2012 kini diteror oleh persoalan kemacetan lalu lintas di Jakarta.
Jakarta (ANTARA News) - Berpakaian putih simbol kesucian hati dipadu hijau simbol pengharapan di altar korban syukur atas laju roda hidup yang terus berlari bersama waktu, seorang perempuan merentangkan kedua tangan seakan hendak mengajak ratusan pengunjung yang hadir saat itu untuk sama-sama mengucap "amin, amin, amin".

Lambaian lembar pakaiannya terus diabadikan kilatan jepretan kamera, sementara pandangan mata perempuan itu mengarah ke publik seakan hendak menyapa dan menyapu bahwa ada sesuatu yang perlu dihormati, sesuatu yang tidak dapat dilewatkan begitu saja.

Dan berulangkali perempuan itu bersandar pada sebuah kendaraan bermerk asal Italia dengan harga milyaran rupiah. Gerak tangan dan kakinya terus dibidik kamera, dan akhir dari ritual jepret-jepret itu, berujung kepada kata-kata pamungkas pergaulan sehari-hari. "Terima kasih, terima kasih," kata perempuan itu.

Sebelumnya, sang fotografer mendaulat dengan mengatakan,"Senyum mbak, senyum mbak, nah gitu," kata fotografer dari sebuah harian nasional meminta agar perempuan itu terus menghiasi aksinya di pinggir kendaraan itu.

Bersetuju, perempuan yang menyandang predikat sebagai "es pe ge" atau sales promotion girl itu pasang aksi seraya sesekali membenahi letak rambutnya.

Ritus jepret-jepret itu bukan dipanggungkan di studio. Sebagai sebuah peristiwa yang hendak dihadirkan dan dikenang kembali, ritus itu berlangsung di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012 yang dihelat pada 20-30 September 2012 di Jakarta Internasional Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat.

Masuk mengantre menuju gerbang "tempat ibadah" bernama IIMS 2012, ribuan pengunjung berjalan beriring-iringan hendak bersatu hati menyambut "yang kudus" di altar sembahan yang digelar di area pamer seluas 71.331 meter persegi, lebih besar sepuluh persen dibandingkan dengan IIMS 2011 (seluas 63.654 meter persegi).

Yang Kudus, sebagai sesuatu yang hendak dihormati, karena itu disendirikan dan dipenuhi rasa hormat dan takzim.

Disendirikan, karena letak mobil yang hendak disaksikan pengunjung diletakkan di tempat khusus dengan ditabur gebyar tata lampu. Dihormati, karena pengunjung tidak dapat berbuat seenak-enaknya tanpa pengawasan dari SPG, dengan kendaraan-kendaraan yang dipamerkan di IIMS 2012.

Takzim, karena pengunjung dapat menikmati bentuk, warna dan kelangkapan kendaraan dari jarak jauh dengan berdiri seraya bertukar komentar kepada rekan pengunjung lain.

"Boleh juga nih. Bentuknya oke. Joknya pas dengan dudukan kita. Tapi suspensinya gimana ya," tanya salah seorang pengunjung kepada SPG yang siap membacakan runutan doa mengenai keampuhan dan ketersediaan berbagai fasilitas mobil dalam puluhan mantra bernama merk-merk mobil.

Sebagai pengunjung IIMS 2012, puluhan mantra tersedia. Dengan mengutip penjelasan dari panitia penyelenggara IIMS 2012, pabrikan yang tampil di antaranya Audi, BMW, Chevrolet, Chrysler, Dodge, Ford, Geely, Hyundai, Jeep, Kia, Mercedes-Benz, Peugeot, Smart, dan VW.

Mantra dari negeri Sakura tidak ketinggalan, sebut saja Daihatsu, Honda, Nissan, Toyota, Mazda, Mitsubishi, Suzuki, dan Isuzu. Dan ketika pengunjung menyambangi altar pameran, ada ucapan syalom berbunyi, Selamat datang mobil murah dan irit.

Seakan hendak mengulangi ritual persembahan di kuil dewa-dewi Yunani kuno, para pengunjung dihantar oleh para imam perempuan untuk sama-sama menggunakan rumusan-rumusan suci untuk menyapa Yang Kudus sebagi tuhan-tuhan dengan huruf kecil.

Tuhan-tuhan berhias dengan huruf kecil hendak menyiratkan Yang kudus sebagai pemantik rasa luar biasa, rasa kagum dan terpesona yang menyatakan dirinya sebagai yang menggetarkan. IIMS 2012 sebagai tuhan-tuhan berhias huruf kecil?

Di sebuah booth dari merk mobil asal Jepang, seorang SPG berujar, "Mobil ini memudahkan pengemudi membuka pintu, tanpa mengeluarkan kunci dan saku. Pengemudi dapat membuka pintu secara otomatis".

Di sebuah booth dari merk mobil asal Eropa, atraksi perkenalan sebuah merk anyar dihiasi gelegar musik yang memacu degup jantung, memekakkan gendang telinga. "Jeng...jeng...jeng...jeng!", begitu anak-anak belasan tahun menirukan gegap gempita sound-system ruangan yang menghentak emosi.

Pengunjung dapat menyambangi tuhan-tuhan dengan huruf kecil, di Hall A, B, C, D. Masing-masing pengunjung disajikan aneka tawaran keselamatan yang ditulis dan digarisbawahi dengan tinta merah, yakni program mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost and green car (LCGC), mobil murah kolaborasi merk ini dan merk itu, semakin lengkap dan stylish, mobil elektrik berfitur canggih, dan merk ini itu mengandalkan parkir otomatis.

Ajang IIMS 2012 ketika mengeja tuhan-tuhan berhias huruf kecil banyak mengandalkan permainan bahasa (language game) tertentu.

Maksudnya,pengetahuan atau rumus mantra suci hanya benar kalau sesuai dengan kenyataan. Rumusan klasiknya, kesesuaian pengetahuan dengan kenyataan atau istilah bahasa Latinnya, "adequatio rei et intelectus".

Rumusan verbal dari Yang Kudus dari ritual IIMS 2012 kini diteror oleh persoalan kemacetan lalu lintas di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Tanah Air.

Tinggi dan banyaknya penjualan volume kendaraan bermotor menjadi tuhan-tuhan kecil. Meskipun, ada penegasan dari Ketua 1 Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie D. Sugiarto.

Di tengah doktrin suci bahwa konsumen adalah raja, Sugiarto menegaskan bahwa masalah kemacetan di Jakarta dan berbagai kota besar di Tanah Air bukan semata-mata menjadi tanggungjawab utama prinsipal.

"Jangan salahkan banyaknya kendaraan, tapi mari kita pikirkan sistem moda transportasi apa yang tepat untuk wilayah DKI atau kota besar lainnya," katanya.

Hendak mengurai kemacetan di tengah khusyuk perayaan IIMS 2012, ternyata tersedia ajakan menarik dan menantang ketika akal budi digunakan dalam tata perayaan ibadah pameran otomotif.

Filsuf Bonaventura berujar, akal budi manusia disebut sebagai cahaya (lumen) yang memungkinkan kenyataan menjadi terang benderang bagi setiap manusia.

Bonaventura mengumpamakan akal budi manusia sebagai matahari yang menyinari dunia warna. Tanpa matahari, tidak ada warna. Secara kelakar dan sedikit menyederhanakan ajang IIMS 2012, nyatanya mobil-mobil yang warna warni itu tidak akan bercahaya bila tidak ada terpaan lampu ribuan watt.

Meskipun ada ungkapan sehari-hari, beli mobil kok pake mikir segala, tetapi hati tetap menjadi kampiun. Bukankah filsuf Blaise Pascal pernah menyatakan, hati mempunyai alasan-alasan yang tidak dimengerti oleh akal, dan orang mengalami hal ini dalam banyak perkara.

Dalam mengeja rumus "doa" ketika mengeja IIMS 2012 dalam tuhan-tuhan dengan huruf kecil, ada pernyataan bernas dari Pascal bahwa kita mengenal kebenaran tidak hanya lewat akal, melainkan juga lewat hati.

Nah, ada banyak hati dalam taburan cahaya kamera sang fotografer. "Oke, mbak, trims ya," kata fotografer. Dan SPG itu membenahi letak rambutnya yang tergerai sampai bahu. So sweet, so swet...!
(A024)

Editor: AA Ariwibowo

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Membrane di bawah bulan purnama KapatBulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang penggaraman yang luas di selatan Sampang, ...

Klimaks Java Soulnation Festival musik Java Soulnation mencapai klimaks lewat penampilan deretan musisi pada hari terakhir pagelaran musik ...


View the original article here