Pages

Jumat, 05 Oktober 2012

Nyamuk jantan mandul untuk kendalikan DBD


View the original article here

Pencari rejeki pameran dan sepotong kisah mereka

Pengunjung arena pameran otomotif Indonesia International Motor Show di Jakarta Internasional Expo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (26/9). (ANTARA/Paramayuda)

Kami bergiliran kerja selama 15 menit dan istirahat 15 menit."
Jakarta (ANTARA News) - Dari Pulau Dewata, Kadek Juliartawan rela meninggalkan pekerjaannya di salon mobil dan mendatangi DKI Jakarta demi mengikuti perhelatan otomotif bertaraf internasional.

Kadek datang bukan sebagai wakil perusahaan kendaraan bermotor yang mempromosikan barang dagangannya selama 10 hari di Jakarta International Expo Kemayoran, melainkan justru sebagai pengelap mobil merek asing sejak hari pertama pameran berlangsung.

"Iya, (saya) kembali lagi ke Bali setelah pameran selesai," kata Kadek di sela-sela menjalani tugasnya di salah satu stan mobil asal Jepang dalam Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012.

Bersenjatakan kain lap dan cairan khusus dalam semprotan, Kadek harus siap beraksi ketika terdapat bekas noda atau sekedar jejak jari pengunjung di permukaan mobil agar kendaraan beroda empat itu selalu tampil mengkilap.

"Kami bergiliran kerja selama 15 menit dan istirahat 15 menit," tutur Kadek yang menjalani tugas bersama empat orang rekannya di stan itu.

Kadek dan rekannya harus datang sebelum pameran buka pada pukul 10 pagi kemudian mengenakan seragam hitam-hitam berbalut rompi perak dan mengakhiri tugasnya setelah pameran usai pada pukul 10 malam.

"Kalau Jumat, Sabtu, dan Minggu (datang) pukul sembilan pagi hingga sebelas malam," kata Kadek.

Selama mengikuti pameran, Kadek menyewa sebuah apartemen di Kemayoran bersama enam rekannya yang juga berasal dari luar Jakarta.

Penggalan kisah serupa datang dari Dede Yusuf yang bertugas sebagai petugas kebersihan lantai di stan merek mobil lain dalam satu ruang pameran tempat Kadek bekerja.

Pemuda asal Karawang, Jawa Barat, itu mengatakan baru pertama kali mengikuti pameran otomotif dan harus menjalani tugasnya selama empat hari terakhir IIMS 2012.

Tugas yang diemban Dede bersama tiga teman dari kantornya, perusahaan jasa kebersihan di Pondok Kelapa Jakarta Timur, hanya satu: memastikan lantai stan selalu bersih.

"Di (pameran) sini (dapat) bayarannya bayak tapi waktu (kerja) lebih lama," kata Dede yang mengaku memperoleh upah Rp70 ribu per hari pada Kamis dan Rp80 ribu per hari pada Jumat hingga Minggu.

Dede seringkali harus mengalah dengan para pengunjung yang mengorek informasi atau mengambil foto mobil pameran dan memilih membersihkan lantai yang agak sepi.

Sebagaimana Dede, Chairul Anwar juga berperan sebagai petugas kebersihan lantai dari perusahaan penyedia tenaga kerja di Duren Sawit Jakarta Timur bersama 17 rekannya.

Pria asal Cikarang Bekasi Jawa Barat itu mengatakan tidak punya waktu khusus untuk istirahat selama 12 jam bekerja di pameran yang melibatkan 310 perusahaan.

"Ya saling berkoordinasi saja dengan teman lain," tutur Anwar tentang mekanismenya berbagi waktu istirahat di sela-sela jam kerja.

Namun, Anwar mengaku harus menanggung sendiri ongkos makan karena perusahaan atau stan tempatnya bekerja tidak menyediakan paket konsumsi baginya.

"Kadang, ada juga teman yang berbaik hati memberi nasi kotak atau kupon makan," kata Anwar.

Jika Kadek, Dede, dan Anwar bertugas menjaga kebersihan obyek pameran dan stannya, Surono justru harus berkutat dengan kostum badut panda di stan mobil asal China.

Surono dan seorang rekannya yang juga mengenakan kostum panda bertugas menghibur terutama para pengunjung yang membawa anak-anak.

"Saya sudah bekerja sebagai badut sejak pensiun dari Kementerian Pertanian," kata Surono sambil sesekali diajak pengunjung berfoto.

Dengan logat Jawa, Surono mengatakan tidak lagi merasa gerah meskipun seluruh tubuhnya terbukus kostum selama sekitar sembilan jam dalam sehari.

Tiga lubang udara yang terletak di mata dan mulut kepala kostum panda menjadi saluran bagi Surono untuk bernapas sekaligus berbicara.

"Gampang kok lepasnya (kostum) sekitar 10 menit," kata Bapak dua orang anak itu.

Jika tidak menjadi penghibur di pameran, Surono berprofesi sebagai badut pengisi acara ulang tahun yang menyediakan 50 macam kostum sesuai keinginan pemilik hajatan.

Sementara Surono bergelut dengan kostum tebal untuk menghibur pengunjung, Togi Akhrobat malah berjuang menjaga keseimbangan dengan enggrang yang digunakannya dalam bungkus kostum kupu-kupu.

Togi, bersama tiga rekannya yang berkostum serupa, harus berjuang ketika akan berjalan atau sekedar mempertahankan posisinya berdiri di antara kerumunan pengunjung yang ber-'seliweran'.

"Tinggi (badan) saya menjadi lebih dari tiga meter. Panjang enggrangnya sendiri 1,5 meter," kata Togi sambil membukukkan badan agar mudah berkomunikasi.

Pria asal Cileungsi Kabupaten Bogor itu mengatakan hadir di pameran sejak pukul 11 siang hingga delapan malam dengan durasi kemunculan 30 menit dan istirahat sekitar 90 menit.

"Lama persiapan (tampil) 30 menit dengan enggrang, kostum, dan riasan," kata pemilik sanggar akrobat itu.

Seorang penghibur dengan enggrang, menurut Togi, membutuhkan proses latihan selama satu tahun agar siap tampil di depan penonton ramai.

"Karena mental juga butuh dilatih," kata Togi menguraikan keahlian yang dimiliki penghibur akrobatik.

Di arena pameran ruang terbuka (outdoor) IIMS 2012, Melinda mengatakan tantangan yang dihadapinya ketika menjelaskan kendaraan-kendaraan berat dan niaga kepada para pengunjung stan.

"(Mereka) yang berkunjung ke stan ini umumnya para pengusaha yang sudah tahu seluk-beluk truk," kata pramuniaga perempuan asal Jakarta itu.

Melinda mengatakan strategi menjual kendaraan niaga tidak banyak berbeda dengan kendaraan penumpang karena sejumlah fitur utama kedua jenis kendaraan itu sama.

"Mungkin yang agak susah itu kalau kendaraan baru karena punya teknologi baru," kata Melinda sembari menunjuk truk penarik kontainer asal Jepang.

Bersama 14 rekannya di satu stan, Melinda mengatakan masuk kerja pada pukul delapan pagi hingga sembilan malam dengan istirahat selama 45 menit setiap enam jam.

Ke-enam potongan kisah berbeda itu setidaknya menegaskan arti pameran yang tidak selalu merujuk pada obyek "ter-pamer" dan perusahaan yang memamerkan barang dagangan.

Selain enam orang itu, masih terdapat petugas keamanan, penjaga tempat parkir, dan teknisi yang tidak dapat di-elakkan peranannya dalam penyelenggaraan pameran.

(I026) Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com


View the original article here

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji

buku "Wartawan Naik Haji. Tersungkur di Gua Hira"

Jakarta (ANTARA News) - Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis oleh Dr Ali Shariati. Banyak artikel dan buku tentang perjalanan ibadah haji yang merujuk kepada buku Haji karangan Dr Ali Shariati ini. Sementara buku perjalanan haji yang ditulis dengan ringan juga banyak bertebaran.

Daya tarik sebuah buku perjalanan ada pada kejujuran dan spontanitas penulis pada kesan yang ditangkapnya selama dalam perjalanan. Salah satu buku perjalanan haji yang berkategori seperti itu adalah "Wartawan Naik Haji. Tersungkur di Gua Hira".

Buku yang diterbitkan Antara Publishing dan ditulis oleh wartawan senior Kantor Berita Antara, Akhmad Kusaeni itu memaparkan perjalanannya berhaji. Buku ditulis penggal perpenggal. Pada setiap bagian ditulis tuntas dan tidak terkait langsung dengan penggalan berikutnya.

Namun secara keseluruhan, isi buku adalah prosesi dan renungan dari makna prosesi itu. Seperti mengapa harus wukuf, mengapa harus melempar jumrah atau mengapa harus berqurban.

Buku yang bertebal 200 halaman dengan cover sang penulis berkafayeh itu berisikan 16 artikel. Artikel kedua, Tersungkur di Gua Hira dijadikan judul buku dan cukup menarik karena disitu digambarkan kebimbangan penulis, apakah mampu mendaki bukit setinggi 270 meter dari permukaan laut dengan anak tangga 600 lebih.

Di sisi lain dia menggambarkan bagaimana peziarah lain yang lebih tua, kakek dan nenek seusia ibunya mendaki dengan semangat. Lebih memalukan lagi, digambarkan bahwa Siti Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW, dalam usia 55 tahun setiap hari mengantarkan makanan untuk sang suami.

Sementara penulis yang berusia 47 tahun (2011) tak mampu menapaki anak tangga (hal 42). Dengan memompa semangat dan teringat pada obsesinya saat anak-anak dahulu tentang gua yang banyak diceritakan saat pengajian, maka akhirnya sampai juga penulis di sana. Di gua itu dia tersungkur (bersujud) mengenang perjuangan Rasulullah saat pertama kali menerima wahyu.

Kelebihan dari 16 artikel dalam buku ini adalah gaya penulisannya yang ringan, seperti laporan pandangan mata dan pemaknaan pada prosesi haji. Sudut pemaparan juga beragam, termasuk tentang tentang doa cepat mendapat jodoh (artikel ketiga, hal 47) atau Joki Hajar Aswad (artikel kelima, hal 71).

Sisi ringan lainnya yang enak dibaca adalah Mati Ketawa Ala Jemaah Haji (artikel ke-12, hal 147). Pada artikel ini penulis mengutip joke dan pengalaman mantan Ketua PB NU, KH Hasyim Muzadi yang menceritakan anggota jamaahnya yang tak kunjung mau naik bus umum karena kondektur meneriakkan "Haram! Haram!" sementara yang dimaksud adalah Masjidil Haram. Anggota jamaah mengira dirinya haram sehingga tidak boleh naik bus (hal 151).

Pada bagian lain diceritakan bagaimana KH Muzadi menggali pengakuan anggota jamaah hajinya yang belum biasa menggunakan fasilitas sanitari perkotaan. Disebutkan, muncul keluhan di pemondokan karena wastafel tempat cuci tangan berbau pesing. Saat ditanya, tidak ada yang mengaku kencing di situ.

KH Hasyim putar otak, dia bertanya kepada anggota pemondokan bagaimana fasilitas kamar mandi, apakah sudah memadai? Seorang kakek merespon dengan lugu, "Sebenarnya yang sekarang sudah baik Pak Kyai, cuma terlalu tinggi. Tadi pagi saya kencing susah, karena ketinggian saya bawa kursi ke kamar mandu." (hal 152).

Pada sisi lainnya, penulis menguraikan mana lebih afdhol, tahalul dengan memotong sebagian rambut, minimal tiga helaii, atau gundul. Digambarkan, banyak jamaah enggan mencukur rambut hingga gundul. Biasanya, alasan yang dikemukakan sangat pribadi.

Dalam artikel ke-13 tersebut, penulis menggambarkan proses pilihan mencukur gundul rambut tersebut seakan pilihan pribadi, bahkan menanyakan kepada kepada teman-temannya di "facebook" apakah memotong atau mencukur gundul jadi pilihan terbaik.

Namum, secara halus penulis menggiring pembaca pada aturan yang sebenarnya, mengapa lebih afdhol gundul bagi pria karena Rasulullah mencukur rambutnya hingga gundul ketika berhaji. Pada suatu riwayat diceritakan bahwa Nabi Muhammad menghimbau hingga tiga kali agar pria anggota jamaah haji memotong rambutnya hingga gundul, tetapi tidak dituruti.

Istri Nabi lalu memintanya agar mempraktikkan di depan pengikutnya, setelah itu maka semua laki-laki mencukur habis rambutnya mengikuti perbuatan Nabi, tanda sudah bertahalul.

Buku yang diisi dengan kata pengantar Menteri Agama RI Suryadharma Ali itu memuat foto bagus yang terkait dengan ibadah haji. Foto tersebut, sebagaian merupakan koleksi pribadi, sebagian lagi dari fotografer Antara yang pernah meliput disana.

Jika ada hal yang perlu diperhatikan adalah cukup dominannya foto penulis di buku ini. Suryadharma menyinggungnya dalam kata pengantar dan penulis menyadarinya sebagai bagian dari sikap narsisnya (Ucapan Terimakasih, hal 23).

Hal lain yang perlu diperbaiki adalah presisi penunjukan halaman pada daftar isi dengan kenyataan di dalam buku. Secara keseluruhan, buku ini layak dibaca karena artikelnya penuh warna dan enak dikunyah.

(E007) Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis ...

Membrane di bawah bulan purnama KapatBulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang penggaraman yang luas di selatan Sampang, ...

Klimaks Java Soulnation Festival musik Java Soulnation mencapai klimaks lewat penampilan deretan musisi pada hari terakhir pagelaran musik ...


View the original article here

Kamis, 04 Oktober 2012

Mendesakkah KPK miliki penyidik sendiri?

Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). (ANTARA/Puspa Perwitasari)

Jakarta (ANTARA News) - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang mencari dan mendidik puluhan penyidik setelah Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia memutuskan menarik 20 penyidik mereka di KPK dengan dalih masa kerjanya "sudah berakhir".

"Penarikan penyidik itu menganggu kinerja KPK," kata Juru Bicara KPK Johan Budi mengomentari keputusan Mabes Polri menarik 20 penyidiknya dari KPK.

Keputusan Polri itu muncul setelah Irjen Pol Djoko Susilo ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan alat simulasi bagi motor dan mobil yang nilai proyeknya tidak kurang dari Rp198 miliar.

Kasus ini terjadi ketika Djoko  menjadi Kepala Korps Lalu Lintas Polri dengan Wakil Kepala Korlantas Brigadir Jenderal Polisi Didik Purnomo.

Selain kedua jenderal itu, beberapa perwira menengah Polri juga diperiksa dalam kasus ini.

Jika KPK sudah menetapkan Djoko Susilo dan Didik Purnomo sebagai tersangka, polisi malah baru menetapkan kedua perwira tingginya itu sebagai saksi.

Akibat kasus ini Kepala Polri Jenderal Polisi Timur Pradopo memberhentikan Djoko Susilo sebagai Gubernur Akademi Kepolisian setelah sebelumnya Djoko berstatus pimpinan nonaktif Akpol.

Lalu, ketika para penyidik KPK mendatangi kantor Korlantas di Jakarta, mereka sempat dihadang dan dilarang memasuki kantor itu.

Namun setelah Ketua KPK Abraham Samad "turun tangan" dengan berbicara kepada Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polisi Komisaris Jenderal Sutarman, barulah penyidik KPK bisa masuk dan menggeledah berbagai ruangan Korlantas dan kemudian membawa pergi banyak sekali dokumen terkait pengadan alat simulasi tersebut.

Dari anggaran Rp198 miliar itu, KPK menduga sekitar Rp100 miliar "dimakan" para petinggi Polri.

Selama ini Jenderal Djoko Susilo dikenal di kalangan polisi sebagai perwira tinggi berotak encer sehingga mampu menghasilkan berbagai ide perbaikan bagi program kerja Polri.

Keputusan KPK membongkar hingga tuntas kasus dugaan korupsi alat simulasi ini rupanya membuat pimpinan Polri tidak berkenan hatinya sehingga memutuskan menarik 20 penyidiknya dari KPK, padahal lembaga antikorupsi ini masih sangat membutuhkan mereka.

KPK lalu memutuskan mencari sendiri penyidik penyidik baru sebagai pengganti para polisi itu.

"Kami bisa melakukan perekrutan di luar polisi dan jaksa," kata Johan Budi.

Selain penyidik polisi, yang juga diperbantukan ke KPK adalah sejumlah jaksa dari Kejaksaan Agung.

Kurangi ketergantungan

Keputusan Ketua KPK Abraham Samad untuk mendidik sendiri penyidik KPK adalah langkah tepat dalam mengatasi kekurangan tenaga penyidik di lembaganya itu.

Mengapa demikian? Sekarang saja gara-gara keputusan Mabes Polri itu KPK sudah kekurangan tenaga yang sangat parah, apalagi kalau Kejaksaan Agung juga berbuat hal sama, padahal kasus korupsi yang harus diperiksa KPK sudah begitu menumpuk.

Belum lagi kasus korupsi yang harus diselidiki dan disidik lembaga antikorupsi ini semakin banyak saja dari hari ke hari.

Setiap hari masyarakat praktis disuguhi berita memprihatinkan terutama mengenai dugaan korupsi yang melibatkan anggota DPR, pejabat pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah.

Rakyat sangat berharap KPK bisa menangani kasus- kasus korupsi itu hingga tuntas.

Pertanyaan demi pertanyaan dari benak jutaan orang Indonesia, apakah KPK dalam waktu yang sangat singkat ini mampu merekrut puluhan penyidik yang andal dengan "jam terbang" tinggi  sehingga bisa langsung bekerja tanpa dihambat oleh alasan apa pun?

Sejumlah polisi yang baru-baru ini mengundurkan diri karena "merasa tidak cocok" dengan atasannya sudah menyatakan minat dan niatnya bergabung dalam KPK.

Bila kabar itu benar adanya, tentu sangat menggembirakan karena KPK bisa "mengundang" mereka untuk segera mendaftarkan diri dan bergabung dengan KPK.

Jika polisi-polisi yang mundur dari instansinya itu bisa direkrut menjadi penyidik, maka KPK tidak lagi berlama-lama mendidik mereka mengingat mereka memang penyidik andal dan bisa dipercaya karena mereka memang aslinya penyidik polisi.

Masyarakat tentu berharap, mereka yang menjadi penyidik KPK bisa membuat kasus hakim ad hoc di pengadilan tindak pidana korupsi tidak terulang lagi.

Baru-baru ini seorang hakim wanita dan pria dikabarkan ditangkap karena  dicurigai bisa diajak "berunding" saat mengadili terdakwa kasus korupsi terutama "kelas kakap".

Sang hakim pria yang bertugas di Kalimantan ternyata bisa dengan "sesuka hatinya" terbang" ke Jawa hanya untuk "merundingkan" kasus korupsi yang ditangani pengadilan Tipikor.

Mengacu kepada kasus hakim ad hoc itu, kehadiran para penyidik baru KPK itu sangat didamba masyarakat agar lembaga ini bisa benar-benar bekerja profesional dan andal sekaligus tidak gampang tergoda setumpuk uang yang ditawarkan orang-orang bermasalah.

Jika akhrnya KPK penyidiknya sendiri, maka pimpinan Polri tentu tak akan berani lagi menggertak KPK dengan menarik penyidik mereka di KPK, karena stok penyidik KPK berlimpah.

Lain dari itu, rekrutmen penyidik oleh KPK bakal disambut hangat masyarakat karena mereka percaya penuh kepada KPK dalam memerangi korupsi.

Kasus penarikan 20 penyidik Polri dalam KPK itu seharusnya menjadi pelajaran sangat berharga bagi pimpinan Polri untuk tidak seenaknya membuat keputusan, apalagi keputusan itu diambil bertepatan dengan belitan kasus yang lagi ditangani KPK namun melibatkan orang-orang dalam Kepolisian.

(A011/A025) Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Membrane di bawah bulan purnama KapatBulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang penggaraman yang luas di selatan Sampang, ...

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis ...

Klimaks Java Soulnation Festival musik Java Soulnation mencapai klimaks lewat penampilan deretan musisi pada hari terakhir pagelaran musik ...


View the original article here

Karya anak bangsa "tersisip" di hajatan internasional

Tiga stan milik Institut Teknologi Bandung, Universitas Trisakti, dan Universitas Indonesia yang terletak di belakang arena Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012 sepi tanpa penjaga pada Senin (24/9) siang. (ANTARA News / Imam Santoso)

....saya datang ke pameran, tapi tidak tahu kalau ada mobil-mobil ciptaan Universitas."
Jakarta (ANTARA News) - Pasar otomotif nasional selama sepuluh hari terakhir September 2012 masih gegap-gempita dengan penyelenggaraan hajatan bertaraf internasional melalui Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012 yang diselenggarakan di Jakarta International Expo Kemayoran.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) selaku penyelenggara IIMS 2012 mengajak 25 merek kendaraan penumpang, 10 merek kendaraan berat, dan sejumlah pelaku industri pendukung otomotif untuk meramaikan pameran yang berlangsung 20-30 September itu.

Di antara riuh rendah pengunjung ataupun penjaja produk kendaraan bermotor bermerek asing, mobil riset ciptaan sejumlah mahasiswa dan staf akademik Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada Yogyakarta seakan memancing perhatian para pengunjung yang kebetulan melewati selasar Hall B.

"Kami tidak bayar (untuk memakai stan). Stan ini milik Ikatan Ahli Teknik Otomotif (IATO)," kata salah satu anggota tim mobil Bimasakti FT UGM, Wahyu, ketika dijumpai ANTARA News di arena JIExpo, Senin (24/9).

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Industri itu mengatakan beberapa pengunjung yang mampir ke stan Bimasakti penasaran apakah mobil yang mengikuti kompetisi "Student Formula SAE" di Jepang itu akan diproduksi massal.

"Ada pula (pengunjung) yang ingin dibuatkan mobil," kata Wahyu yang ditemani dua kawannya dari kampus.

Keberadaan kelompok stan khusus mobil konsep dan komersial karya mahasiswa berbagai kampus di IIMS 2012, bagi Wahyu dan rekan satu timnya, sangat dibutuhkan untuk mempromosikan inovasi produk dari dunia akademis.

Direktur Hubungan Mahasiswa IATO, Ziarini Z. Karmiadji, mengatakan stan IATO di IIMS 2012 ditujukan bagi dua tim peserta "Student Formula SAE" yaitu Bimasakti UGM dan Mushika ITB.

"Sayangnya mobil (ciptaan) ITB masih tertahan di Jepang," kata Ziarini menjelaskan ketidak-hadiran tim Mushika ITB di stan IATO.

Ziarini mengatakan IATO juga mendapatkan stan di selasar pada penyelenggaraan IIMS 2011 seluas 2x3 meter.

Berbeda nasib dengan Bimasakti yang berada di selasar hall, mobil bertema 'Mobil Murah Pedesaan' karya Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Viar Motor Indonesia (VMI) menyempil di antara kerumunan stan-stan produk aksesori kendaraan di arena semi-permanen Hall B.

Mobil konsep berwarna merah dan sekilas menyerupai Toyota Kijang 1980an itu harus bersaing dengan stan modifikasi dan onderdil untuk menarik perhatian pengunjung.

"Mobil ini proyek Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Provinsi) Jawa Tengah yang menggandeng pelaku usaha kecil dan menengah bidang otomotif, Unnes, dan Viar," kata staf divisi purna-jual VMI, Mujiono.

Mujiono yang bertugas menjaga stan VMI mengatakan pengunjung yang mampir ke stan mobil Viar hanyalah pengunjung dadakan yang bahkan tidak berencana mencari mobil produksi dalam negeri.

Para pengujung, menurut Mujiono, berhenti dan bertanya mengenai mobil VIAR karena keunikan bentuk mobil yang menggunakan mesin 300cc dan lima percepatan maju dan mundur itu.

"(Tapi) Mereka lebih tertarik dengan mobil-mobil bermerek," kata Mujiono sembari berharap mobil dengan perkiraan harga jual sekitar Rp30 juta itu berpeluang di kompetisi mobil-mobil murah.

Meskipun Disperindag Jateng selaku pemilik stan tidak memungut biaya sewa kepada VMI ataupun Unnes, Mujiono mengatakan stan yang mempromosikan karya mahasiswa dan UKM dalam negeri itu seakan menjadi pelengkap perhelatan internasional menargetkan 350 ribu pengunjung itu.

Sekitar empat meter dari stan mobil VIAR, dua stan kosong--satu diantaranya tertutup spanduk--berderet tanpa penjaga apalagi pengujung.

Mobil konsep beroda tiga dengan logo Universitas Indonesia (UI) di buritannya terlihat menghuni salah satu stan. Hanya sejumlah poster yang seolah bercerita tentang keberadaan mobil itu.

"Kami mengkombinasikan filosofi 'Keris' dan 'Garuda Keshava' ke desain kendaraan kami," tertulis dalam poster berbahasa Inggris yang menempel di pembatas stan.

Tulisan "Design Produk ITB" terpampang di muka atas stan lain yang juga tampak kosong.

"Pada hari pertama pembukaan pameran ada mahasiswa ITB yang menjaga di sana, tapi dia sudah kembali ke Bandung untuk kuliah," tutur seorang penjaga stan audio mobil yang berlokasi di depan stan kosong itu.

Terjepit di kedua stan kosong, Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik Mesin Universitas Trisakti memamerkan sejumlah poster dan selebaran inovasi karya kampus mereka.

"Kami melanjutkan (kegiatan) senior kampus yang selalu ikut IIMS sejak 2008," kata mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Trisakti, Andre Sumbung yang menjaga stan bersama tiga kawannya.

Andre mengatakan para pengunjung IIMS 2012 hanya melihat sepintas stan kampusnya karena ketiadaan produk inovasi di stan seluas 2x3 meter itu.

"Kami ciptakan robot pembersih kaca untuk gedung-gedung pencakar langit dengan tinggi satu meter dan lebar 700 cm," kata Andre.

Andre dan ketiga kawannya mengatakan bersedia merapikan dan menampilkan berbagai kreasi kampus mereka seperti genset berbahan bakar minyak goreng bekas (jelantah) ataupun mobil gokart jika stan mereka lima kali lebih besar dari stan itu.

Pertimbangkan kampus
Sekretaris Jenderal Gaikindo, Juwono Andrianto, mengatakan panitia IIMS memang tidak mengundang sejumlah kampus atau sekolah menengah kejuruan yang mempunyai produk otomotif untuk ikut serta dalam pameran internasional setahun sekali itu.

"Sebenarnya kalau ada permintaan (ikut pameran), kami pertimbangkan. Tapi, kalau tidak ada kami tidak mengajak (dari kampus) karena yang ini (peserta pameran) saja susah mengatur tempatnya," kata Juwono.

Public Relation Dyandra Promosindo, Dyah Putri, mengakui tiga kampus--ITB, Trisakti, dan UI--sengaja diundang sebagai kepedulian panitia terhadap perkembangan otomotif nasional.

"Lokasi disesuaikan dengan kebutuhan peserta," kata Dyah menjelaskan letak tiga stan perguruan tinggi yang berada di belakang arena pameran.

Dyah menambahkan panitia IIMS 2008 pernah mengelompokkan stan sejumlah perguruan tinggi yang memamerkan karya masing-masing, tapi tetap tidak menarik bagi pengunjung.

"Stan-nya kurang menarik, kurang pernak-pernik sehingga orang cenderung melewatinya saja," kata Dyah.

Namun demikian, para pengunjung IIMS 2012 menyatakan stan pameran produk otomotif perguruan tinggi nasional masih perlu dilibatkan dalam pameran bertaraf internasional itu.

"Sebagai ajang unjuk gigi produk dalam negeri dan dijual ke masyarakat," kata Eko Budi pengunjung pameran dari Jakarta.

Eko menyarankan lokasi stan-stan perguruan tinggi di dekat pintu masuk pameran agar para pengunjung langsung melihat produk-produk kampus.

Pengunjung dari Bekasi, Anwar Mushadat, justru bertanya alasan panitia meletakkan stan pameran karya sejumlah perguruan tinggi di belakang arena pameran yang seolah menyembunyikannya.

"Ini hari kedua saya datang ke pameran, tapi tidak tahu kalau ada mobil-mobil ciptaan Universitas," kata Anwar yang melanjutkan ketertarikannya mendatangi stan-stan itu.

Anwar mengatakan temuan atau inovasi generasi muda dari kampus harus diberikan ruang di tempat terbuka atau petunjuk jelas ke stan-stan itu.

Senada dengan Eko dan Anwar, Lina Asmara mengatakan produk Indonesia perlu mendapatkan tempat yang terbuka agar menarik perhatian publik.

"Selama produk itu mengutamakan keselamatan pasti banyak yang tertarik apalagi kalau harganya murah," kata Lina.

Kepopuleran mobil esemka di Solo pada awal 2012 memang menyuguhkan semangat nasionalisme industri otomotif nasional.

Alangkah bangganya jika semangat itu juga terlihat gamblang di arena pameran otomotif internasional yang juga dihadiri 903 jurnalis nasional dan 19 jurnalis asing itu.

(I026) Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Satu pukulan Lino untuk 130 tahun Inilah bukti bahwa birokrasi kita tidak jadi faktor penghambat. Kata-kata itu diucapkan dengan semangat oleh RJ Lino, ...

Membrane di bawah bulan purnama KapatBulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang penggaraman yang luas di selatan Sampang, ...

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis ...


View the original article here

Membrane di bawah bulan purnama Kapat

Menteri BUMN Dahlan Iskan (ANTARA)

Jakarta (ANTARA News) - Bulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang penggaraman yang luas di selatan Sampang, Madura. Orang-orang Bali merayakannya sebagai purnama kapat dengan sembahyang di pura. Orang Tionghoa sedunia merayakannya sebagai zhong jiu yue dengan saling membagi kue bulan yang terkenal itu.Tapi, di Madura, di ladang garam ini, para petani sedang meradang: harga garam mereka sedang jatuh-jatuhnya. "Di satu pihak harga garam turun drastis, di lain pihak  ongkos angkutnya naik," ujar Haji Ulum, seorang petani garam di situ. "Tahun ini kami seperti terpukul dari kanan dan kiri," tambahnya.Malam Minggu kemarin itu, di bawah sinar bulan purnama kapat yang menor itu, saya memang lagi weekend di Sampang. Kombinasi pancaran sinar bulan yang terang, dengan langit biru yang cerah dan hamparan luas putihnya garam yang mengkristal, membuat suasana malam itu seperti lagi di alam maya: tidak siang, tidak malam, tidak pagi, dan tidak senja. Pencipta puisi seperti Taufiq Ismail pasti akan bisa menggambarkan kemayaan suasana malam itu, sebagus puisinya tentang padang savana Sumba yang dibacakan penyair Umbu Landu Paranggi itu!Sayangnya kelompok-kelompok petani garam di Madura ini bukan seperti bait-bait puisi. Mereka justru seperti lagi kompak menyenandungkan tanya: mengapa di saat panen garam seperti ini impor garam terus terjadi!Memang secara teori garam luar negeri itu hanya untuk industri. Tapi semua bersaksi bahwa garam impor itu juga masuk ke pasar konsumsi. Maka panen raya garam yang luar biasa tahun ini (berkat kemarau yang terik) yang semula menimbulkan harapan besar untuk penghasilan yang lebih, berakhir dengan hampa.Tentu bukan berarti tidak ada hope. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sudah memutuskan menghentikan kebijakan lama. Mulai tahun depan tugas mendatangkan garam untuk industri hanya bisa dilakukan oleh BUMN PT Garam (Persero). Dengan demikian bisa lebih terkontrol. Hanya saja memang harus menunggu tahun depan.  Izin-izin lama impor garam itu baru berakhir pertengahan 2013.Hope yang lain adalah ini: membranisasi ladang garam. Program yang saya promosikan tahun lalu itu, kini sudah mulai ada hasilnya. Saya sengaja ke Sampang malam itu memang khusus untuk melihat dan mengevaluasi percobaan penggunaan membrane tersebut. Saya ingin tahu keadaan yang sebenarnya. Yang tidak hanya berbentuk laporan di atas kertas. Diam-diam dan agak mendadak saya meluncur ke Sampang. Kesimpulannya -meminjam istilah pelawak Tukul- ruaarrrr biasa!PT Garam sudah mencoba geomembrane ini di tiga lokasi: Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Semuanya di Madura, Jawa Timur. Di Sampang, geomembrane dipasang di areal seluas 30 ha. “Hasilnya naik 40 persen,” ujar Yulian Lintang, Dirut PT Garam yang malam itu mendadak saya ajak ke Sampang. Bukan hanya jumlah produksi yang meningkat tapi juga kualitas garamnya. Dengan geomembrane, tidak ada lagi garam kualitas dua atau kualitas tiga. Semuanya kualitas satu.Bahkan dengan geomembrane ini, PT Garam sudah mulai bisa menghasilkan garam pada bulan Mei. Tanpa geomembrane, panen pertama  baru terjadi di bulan Juli.Geomembrane seperti lembaran plastik tipis yang sangat lebar, selebar petak-petak ladang garam. Ukurannya sekitar 30 x 60 meter.Lembaran membrane tersebut dihampar di dasar ladang. Seperti tambak udang. Lalu air laut yang akan dijadikan garam dialirkan ke petak tersebut. Dalam waktu lima hari, kristal-kristal garamnya sudah mulai terlihat dan mulai mengendap.Ini beda dengan cara tradisional yang dasar ladangnya adalah tanah. Dua bulan lamanya petani harus membuat dasaran ladang garam. Yakni dengan cara membiarkan dan meratakan garam-garam awal musim berkali-kali. Setelah itu barulah bisa membuat garam yang sebenarnya. Itu pun ketika panen masih saja ada yang tercampur dengan tanah. Inilah yang menyebabkan munculnya garam kualitas dua dan tiga.Begitu PT Garam sudah bisa panen di bulan Mei, petani garam di sekitar lokasi tambak BUMN itu  terperangah. Bagaimana mungkin di bulan Mei sudah bisa panen. Mereka pun berbondong-bondong melihat teknologi baru itu. Apalagi ketika mereka melihat seluruh garam di atas membrane itu berkualitas satu. Para petani pun terpana.“Saya langsung mendaftar untuk mendapatkan geomembrane itu,” ujat Haji Taufik, seorang petani yang malam itu berbincang dengan saya.“Mendaftar ke mana?” Tanya saya.“Ke Dinas Perindusterian Sampang,” jawab Taufik.“Memangnya akan ada pembagian geomembrane?” Tanya saya lagi.“Saya dengar begitu. Tapi entahlah,” jawab Taufik.Tidak hanya Taufik yang tergiur dengan teknologi geomembranenya BUMN. “Saya juga sudah mendaftar,” ujar Haji Wasil, 43 tahun, petani garam yang lulusan FISIP Universitas Muhammadiyah Malang. Bagaimana dengan Haji Ulum, 37 tahun, yang juga bertani garam di situ? “Saya pun sudah mendaftar,” katanya. “Lho! Semuanya sudah mendaftar?” Tanya saya.“Iya Pak. Total ada lima kelompok yang sudah mendaftar. Kira-kira 50 orang,” ujar Ulum yang mengaku hanya tamat Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD), namun berkat ketekunannya bertani garam kini sudah memiliki sebuah Honda Jazz, satu pick-up, dan dua buah truk.Melihat hasil penggunaan geomembrane yang begitu nyata, saya memutuskan agar PT Garam menggunakan geomembrane 100% tahun depan. Yulian, Dirut PT Garam yang asli Lintang, Lahat, Sumsel, dan baru menjabat Juli lalu, bertekad akan melaksanakan keputusan ini. Bukan saja untuk BUMN sendiri tapi juga untuk memberikan contoh kepeloporan bagi petani garam secara keseluruhan.“Dari mana uangnya?” Tanya saya kepada Yulian Lintang.“Bisa dari pinjaman bank Pak,” jawab Yulian.“Bisa mengembalikan bunga dan pokoknya?” Tanya saya lagi.“Dalam dua tahun pinjaman sudah bisa lunas. Asal musimnya sebagus tahun ini,” ia menjawab tegas.Mendengar dialog tersebut para petani garam juga tersulut. Mereka bertekad akan menempuh cara yang sama. “Kalau memang tidak ada pembagian, saya juga mau lewat kredit,” ujar Haji Taufik, petani garam tamatan sekolah Pendidikan Guru Agama 6 Tahun yang sehari-hari naik Honda CRV. Taufik yang pernah diangkat menjadi guru agama tapi mengembalikan surat pengangkatannya itu memang petani garam yang cerdas.Taufik tidak hanya berladang garam. Ia juga mendirikan pabrik garam. Dia beli garam-garam kualitas tiga dari para petani sekitar. Dia beli mesin pencuci garam seharga Rp 500 juta. Dia cuci garam tersebut sehingga bisa naik menjadi kualitas dua. Atau dia cuci garam kualitas dua untuk bisa menjadi kualitas satu.Bahkan Taufik sebenarnya tidak ingin menunggu pembagian atau kredit. “Kalau saja harga garam tahun ini tidak jatuh, saya akan langsung membeli geomembrane,” ujarnya. Haji Ulum juga punya pikiran yang sama. “Sayangnya harga garam tahun ini jatuh. Saya lagi mikir lagi bagaimana bisa mendapatkan geomembrane,” katanya.Dengan geomembrane proses peningkatan suhu air laut memang bisa lebih cepat. Air laut yang disedot dan dimasukkan ke ladang garam suhunya hanya 3 derajat. Suhu itu harus terus dinaikkan. Caranya: air diputar-putar (dialirkan) dari satu petak ke petak lain sampai suhunya mencapai 20 derajat. Semua itu karena panas matahari. Dalam proses pindah-memindah air laut inilah terjadi juga pengendapan unsur-unsur kimia seperti FE, CACO3, dan CA Sulfat. Zat-zat itu harus ditinggal agar mutu garam bisa lebih baik. Artinya dengan mengurangi zat-zat tersebut NACL dalam garam bisa sangat tinggi.Setelah mencapai suhu 20 derajat itulah, air dimasukkan (dialirkan) ke petak/kolam terakhir. Hanya petak terakhir inilah yang perlu dilapisi geomembrane di dasarnya. Di petak terakhir ini air akan dibiarkan mencapai suhu 25 sampai 28 derajat. Inilah suhu yang bisa menghasilkan garam. Penggelaran geomembrane di dasarnya ikut membuat peningkatan suhu tersebut lebih cepat. Dalam lima hari, air laut di atas membrane tersebut sudah berubah menjadi kristal-kristal garam. Saat inilah ditentukan apakah garam yang dihasilkan akan dibuat menjadi kristal-kristal kecil atau kristal-kristal besar. Sesuai dengan keinginan pasar.Melihat tumpukan garam hasil dari ladang bergeomembrane ini rasanya seperti melihat mutiara-mutiara yang indah. Apalagi diterpa sinar bulan purnama yang sempurna.Maka seandainya BUMN dan semua petani garam di Madura sudah menggunakan geomembrane, Madura saja akan mampu memproduksi 1,2 juta ton garam setahun. Tinggal kurang 200.000 ton lagi untuk bisa mencukupi kebutuhan garam konsumsi secara nasional. Kekurangan itu bisa diperoleh dari Cirebon, Indramayu, dan Medan. Ini kalau semua petani di tempat-tempat tersebut juga ketularan menggunakan geomembrane.Kalau semua kebutuhan garam konsumsi sudah bisa dipenuhi, tinggal kita memikirkan kebutuhan garam untuk industri. Sayangnya kebutuhan garam untuk industri ini jauh lebih besar dari kebutuhan garam untuk konsumsi: 1,8 juta ton. Inilah yang masih harus diimpor. Harapan satu-satunya adalah NTT. Ada 5.000 ha lahan yang bisa dipergunakan untuk ladang garam di Kabupaten Kupang. Hampir sama dengan luasan seluruh ladang garam Madura. PT Garam sudah siap ekspansi ke sana. Namun lahan tersebut masih harus diselesaikan. Menyelesaikannya pun mungkin tidak mudah. Ini karena pemerintah sudah terlanjur memberikan izin Hak Guna Usaha (HGU) kepada sebuah perusahaan dari Jakarta. Perusahaan ini ingin membuat ladang garam raksasa dengan cara  modern.HGU itu sudah diberikan sejak 27 tahun yang lalu. Tapi sampai 27 tahun kemudian, hari ini, lahan itu masih tetap sama seperti 27 tahun yang lalu.Garam rasanya memang asin. Tapi kalau jumlahnya sudah mencapai 3,2 juta ton, manisnya bukan main.

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com


View the original article here

IIMS 2012, Tuhan berhias huruf kecil

New Honda CR-Z New Honda CR-Z, mobil sport yang tersedia dalam beberapa warna, Premium Northern Lights Violet Pearl, Premium Energetic Yellow Pearl, Premium White Pearl, Crystal Black Pearl, dan Milano Red. (ANTARANEWS/Marboen). ()

Rumusan verbal dari Yang Kudus dari ritual IIMS 2012 kini diteror oleh persoalan kemacetan lalu lintas di Jakarta.
Jakarta (ANTARA News) - Berpakaian putih simbol kesucian hati dipadu hijau simbol pengharapan di altar korban syukur atas laju roda hidup yang terus berlari bersama waktu, seorang perempuan merentangkan kedua tangan seakan hendak mengajak ratusan pengunjung yang hadir saat itu untuk sama-sama mengucap "amin, amin, amin".

Lambaian lembar pakaiannya terus diabadikan kilatan jepretan kamera, sementara pandangan mata perempuan itu mengarah ke publik seakan hendak menyapa dan menyapu bahwa ada sesuatu yang perlu dihormati, sesuatu yang tidak dapat dilewatkan begitu saja.

Dan berulangkali perempuan itu bersandar pada sebuah kendaraan bermerk asal Italia dengan harga milyaran rupiah. Gerak tangan dan kakinya terus dibidik kamera, dan akhir dari ritual jepret-jepret itu, berujung kepada kata-kata pamungkas pergaulan sehari-hari. "Terima kasih, terima kasih," kata perempuan itu.

Sebelumnya, sang fotografer mendaulat dengan mengatakan,"Senyum mbak, senyum mbak, nah gitu," kata fotografer dari sebuah harian nasional meminta agar perempuan itu terus menghiasi aksinya di pinggir kendaraan itu.

Bersetuju, perempuan yang menyandang predikat sebagai "es pe ge" atau sales promotion girl itu pasang aksi seraya sesekali membenahi letak rambutnya.

Ritus jepret-jepret itu bukan dipanggungkan di studio. Sebagai sebuah peristiwa yang hendak dihadirkan dan dikenang kembali, ritus itu berlangsung di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012 yang dihelat pada 20-30 September 2012 di Jakarta Internasional Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat.

Masuk mengantre menuju gerbang "tempat ibadah" bernama IIMS 2012, ribuan pengunjung berjalan beriring-iringan hendak bersatu hati menyambut "yang kudus" di altar sembahan yang digelar di area pamer seluas 71.331 meter persegi, lebih besar sepuluh persen dibandingkan dengan IIMS 2011 (seluas 63.654 meter persegi).

Yang Kudus, sebagai sesuatu yang hendak dihormati, karena itu disendirikan dan dipenuhi rasa hormat dan takzim.

Disendirikan, karena letak mobil yang hendak disaksikan pengunjung diletakkan di tempat khusus dengan ditabur gebyar tata lampu. Dihormati, karena pengunjung tidak dapat berbuat seenak-enaknya tanpa pengawasan dari SPG, dengan kendaraan-kendaraan yang dipamerkan di IIMS 2012.

Takzim, karena pengunjung dapat menikmati bentuk, warna dan kelangkapan kendaraan dari jarak jauh dengan berdiri seraya bertukar komentar kepada rekan pengunjung lain.

"Boleh juga nih. Bentuknya oke. Joknya pas dengan dudukan kita. Tapi suspensinya gimana ya," tanya salah seorang pengunjung kepada SPG yang siap membacakan runutan doa mengenai keampuhan dan ketersediaan berbagai fasilitas mobil dalam puluhan mantra bernama merk-merk mobil.

Sebagai pengunjung IIMS 2012, puluhan mantra tersedia. Dengan mengutip penjelasan dari panitia penyelenggara IIMS 2012, pabrikan yang tampil di antaranya Audi, BMW, Chevrolet, Chrysler, Dodge, Ford, Geely, Hyundai, Jeep, Kia, Mercedes-Benz, Peugeot, Smart, dan VW.

Mantra dari negeri Sakura tidak ketinggalan, sebut saja Daihatsu, Honda, Nissan, Toyota, Mazda, Mitsubishi, Suzuki, dan Isuzu. Dan ketika pengunjung menyambangi altar pameran, ada ucapan syalom berbunyi, Selamat datang mobil murah dan irit.

Seakan hendak mengulangi ritual persembahan di kuil dewa-dewi Yunani kuno, para pengunjung dihantar oleh para imam perempuan untuk sama-sama menggunakan rumusan-rumusan suci untuk menyapa Yang Kudus sebagi tuhan-tuhan dengan huruf kecil.

Tuhan-tuhan berhias dengan huruf kecil hendak menyiratkan Yang kudus sebagai pemantik rasa luar biasa, rasa kagum dan terpesona yang menyatakan dirinya sebagai yang menggetarkan. IIMS 2012 sebagai tuhan-tuhan berhias huruf kecil?

Di sebuah booth dari merk mobil asal Jepang, seorang SPG berujar, "Mobil ini memudahkan pengemudi membuka pintu, tanpa mengeluarkan kunci dan saku. Pengemudi dapat membuka pintu secara otomatis".

Di sebuah booth dari merk mobil asal Eropa, atraksi perkenalan sebuah merk anyar dihiasi gelegar musik yang memacu degup jantung, memekakkan gendang telinga. "Jeng...jeng...jeng...jeng!", begitu anak-anak belasan tahun menirukan gegap gempita sound-system ruangan yang menghentak emosi.

Pengunjung dapat menyambangi tuhan-tuhan dengan huruf kecil, di Hall A, B, C, D. Masing-masing pengunjung disajikan aneka tawaran keselamatan yang ditulis dan digarisbawahi dengan tinta merah, yakni program mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost and green car (LCGC), mobil murah kolaborasi merk ini dan merk itu, semakin lengkap dan stylish, mobil elektrik berfitur canggih, dan merk ini itu mengandalkan parkir otomatis.

Ajang IIMS 2012 ketika mengeja tuhan-tuhan berhias huruf kecil banyak mengandalkan permainan bahasa (language game) tertentu.

Maksudnya,pengetahuan atau rumus mantra suci hanya benar kalau sesuai dengan kenyataan. Rumusan klasiknya, kesesuaian pengetahuan dengan kenyataan atau istilah bahasa Latinnya, "adequatio rei et intelectus".

Rumusan verbal dari Yang Kudus dari ritual IIMS 2012 kini diteror oleh persoalan kemacetan lalu lintas di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Tanah Air.

Tinggi dan banyaknya penjualan volume kendaraan bermotor menjadi tuhan-tuhan kecil. Meskipun, ada penegasan dari Ketua 1 Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie D. Sugiarto.

Di tengah doktrin suci bahwa konsumen adalah raja, Sugiarto menegaskan bahwa masalah kemacetan di Jakarta dan berbagai kota besar di Tanah Air bukan semata-mata menjadi tanggungjawab utama prinsipal.

"Jangan salahkan banyaknya kendaraan, tapi mari kita pikirkan sistem moda transportasi apa yang tepat untuk wilayah DKI atau kota besar lainnya," katanya.

Hendak mengurai kemacetan di tengah khusyuk perayaan IIMS 2012, ternyata tersedia ajakan menarik dan menantang ketika akal budi digunakan dalam tata perayaan ibadah pameran otomotif.

Filsuf Bonaventura berujar, akal budi manusia disebut sebagai cahaya (lumen) yang memungkinkan kenyataan menjadi terang benderang bagi setiap manusia.

Bonaventura mengumpamakan akal budi manusia sebagai matahari yang menyinari dunia warna. Tanpa matahari, tidak ada warna. Secara kelakar dan sedikit menyederhanakan ajang IIMS 2012, nyatanya mobil-mobil yang warna warni itu tidak akan bercahaya bila tidak ada terpaan lampu ribuan watt.

Meskipun ada ungkapan sehari-hari, beli mobil kok pake mikir segala, tetapi hati tetap menjadi kampiun. Bukankah filsuf Blaise Pascal pernah menyatakan, hati mempunyai alasan-alasan yang tidak dimengerti oleh akal, dan orang mengalami hal ini dalam banyak perkara.

Dalam mengeja rumus "doa" ketika mengeja IIMS 2012 dalam tuhan-tuhan dengan huruf kecil, ada pernyataan bernas dari Pascal bahwa kita mengenal kebenaran tidak hanya lewat akal, melainkan juga lewat hati.

Nah, ada banyak hati dalam taburan cahaya kamera sang fotografer. "Oke, mbak, trims ya," kata fotografer. Dan SPG itu membenahi letak rambutnya yang tergerai sampai bahu. So sweet, so swet...!
(A024)

Editor: AA Ariwibowo

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Membrane di bawah bulan purnama KapatBulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang penggaraman yang luas di selatan Sampang, ...

Klimaks Java Soulnation Festival musik Java Soulnation mencapai klimaks lewat penampilan deretan musisi pada hari terakhir pagelaran musik ...


View the original article here

Konser Keane "Strangeland" yang menghangatkan

Grup Keane Tom Chaplin (lead vocal), Richard Hughes (drums), dan Jesse Quin (bass guitar) beraksi saat konser perdana mereka di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta, Jumat malam (28/9). (ANTARA/Andika Wahyu)

Sejauh ini kami bersenang-senang di Jakarta, tapi macetnya luar biasa."
Jakarta (ANTARA News) - Dari lagu pertama ketika Keane menyanyikan "You Are Young", suara para penonton sudah banyak yang ikut menggema di arena Tennis Indoor Senayan, Jum'at malam.
Padahal, kebanyakan lagu yang dibawakan oleh band asal Inggris itu berasal dari album terbaru"Strangeland".

Biarpun begitu, para penonton terlihat sangat menikmati dan tidak henti-hentinya ikut menggemakan lirik yang dinyanyikan vokalis Keane, Tom Chaplin.

"Sangat menyenangkan datang ke suatu tempat untuk pertama kali, tapi kalian sudah begitu ramah," kata Tom dari atas panggung merespon sambutan hangat para penonton.

Terutama ketika lagu "Everybody's Changing" dibawakan, tak ada satu pun yang terlihat diam. Semua penonton yang hadir ikut bergoyang, bernyanyi, dan merangsek memenuhi bibir panggung.

Terlihat sekali hangatnya keintiman antara Keane dengan para penggemarnya di Indonesia, Tom bahkan mengaku terkesan melihat perilaku fansnya itu.

Dia sampai menunjuk-nunjuk ke arah penonton sambil menggeleng-gelengkan kepala, yang kemudian langsung dibalas dengan riuh tepuk tangan.

"Saya sangat kagum," kata penyanyi kelahiran 8 Maret 1979 itu.

"Everybody's Changing" sepertinya jadi awal untuk para penonton menjadi semakin bergemuruh.

Selanjutnya Keane pun membawakan beberapa lagu populernya seperti "This is The Last Time" dan juga "Crystal Ball".

Penampilan Tim Rice-Oxley (Piano, synthesisers, backing vocals), Richard Hughes (drums, perkusi), Jesse Quin (bass, gitar) dan Tom Chaplin (vokal, gitar akustik) tak henti-hentinya menerima tepukan tangan dari seluruh penonton.

Terutama setelah lagu "Somewhere Only We Know" selesai dinyanyikan, Tom bahkan sempat terdiam beberapa saat untuk menikmati apresiasi dari para penggemarnya itu.

Akustik "Your Eyes Open" dan kemacetan Jakarta
Lampu tiba-tiba dimatikan, ruangan Tennis Indoor Senayan langsung gelap gulita. Para personil Keane langsung masuk ke belakang panggung, dan hanya menyisakan sang vokalis Tom Chaplin.

Vokalis berumur 33 tahun itu sebenarnya tidak benar-benar sendiri, dia memegang gitar akustik, dan juga ditemani oleh ratusan penonton. Lampu mulai menyorot Tom, kemudian menyanyikan lagu "Your Eyes Open" secara akustik.

Para penggemar Keane terlihat kegirangan, mereka memanfaatkan momen spesial ini untuk merekam dengan ponselnya.

Beberapa ada juga yang menyalakan korek api sambil melambai-lambaikan tangannya ke atas membuat suasanya semakin hangat.

Sebelum Tom menyanyikan lagu tersebut, dia sempat melemparkan lelucon kepada para penonton tentang kemacetan Jakarta.

"Sejauh ini kami bersenang-senang di Jakarta, tapi macetnya luar biasa," kata vokalis itu yang kemudian disambut tawa penonton.

Dia pun kembali mengeluarkan leluconnya, "Saya bingung kok kalian bisa tahan tinggal di sini."

Penonton pun semakin ramai tertawa mendengar sindiran halus dari Tom, suasana juga berubah menjadi semakin hangat. 

Selanjutnya, tawa itu berganti menjadi gema nyanyian karena lagu "Your Eyes Open" dilantunkan.

Kursi kosong
Meski terlihat banyak kursi penonton yang kosong, agaknya hal itu tidak mengurangi keseruan penampilan Keane. Kedatangannya yang baru pertama kali ke Indonesia tentu membuat para penggemar di Jakarta kegirangan.

"Sebenarnya enak aja (tidak padat), jadi lebih menikmati," kata salah satu penonton, Teguh Harjowiyono (27).

Menurut dia, beberapa kursi kosong dalam konser Keane itu bukanlah sebuah masalah. Teguh mengungkapkan bahwa yang terpenting adalah penampilan maksimal dari band tersebut sehingga para penonton bisa benar-benar terpuaskan.

"Bagus banget penampilannya," kata Refqi Ghaziandra (17) yang menonton dari area festival.

Siswa kelas 3 SMA itu bahkan tidak segan-segan merogoh koceknya sebanyak Rp 850ribu, untuk bisa menyaksikan Keane.

Dia menjelaskan bahwa tidak terlalu ramainya penonton justru membuat dirinya bisa berada persis di bibir panggung.

Refqi juga mengaku di setiap lagu yang dibawakan oleh Keane, dia pun ikut mengiringi Tom bernyanyi.

Sampai lagu terakhir "Crystal Ball", dirinya pun tak pernah berhenti menyanyikan lirik-lirik lagu band kesukaannya itu karena terbawa suasana.

"Suara saya sampe serak nih," kata Refqi.

Secara keseluruhan, Keane membawakan 22 lagu yang sukses membuat para penonton di Jakarta terbuai. Empat personil asal Inggris itu hadir di Indonesia dalam rangkaian tur dunia yang bertajuk "Strangeland" sekaligus memperkenalkan album terbaru mereka dengan judul sama.

(ANTARA) Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis ...


View the original article here

Rabu, 03 Oktober 2012

Birokrasi hambat daya saing ekonomi Indonesia

Jakarta (ANTARA News) - Laporan World Economic Forum (WEF) menyebutkan posisi daya saing ekonomi Indonesia turun empat tingkat dari posisi 46 pada 2011 menjadi di posisi 50 pada 2012.

Data tersebut menunjukkan Indonesia saat ini berada di bawah beberapa negara sekawasan seperti Malaysia yang menempati posisi 25, Brunei Darussalam di posisi 28, China di posisi 29 dan Thailand di posisi 38.

Laporan tersebut juga memperlihatkan penyebab penurunan peringkat Indonesia karena permasalahan birokrasi yang tidak menguntungkan untuk sektor bisnis dan banyaknya kejahatan serta kekerasan yang masih sering terjadi.

Indeks daya saing WEF ditopang oleh tiga unsur, antara lain persyaratan dasar, penopang efisiensi, serta faktor inovasi, dan kecanggihan.

Indonesia pada 2011--2012 hanya berhasil meningkatkan poin inovasi dan kecanggihan, namun dua penopang lain mengalami penurunan peringkat, dengan nilai terburuk pada persyaratan dasar.

Menanggapi hal itu, Ketua Lembaga Pengkajian Peneliti dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Didik J. Rachbini mengatakan, kinerja dan tata kelola birokrasi yang lambat menjadi hambatan besar investasi di Indonesia.

"Hal yang dikeluhkan oleh pengusaha adalah tata pengurusan sejumlah perizinan yang lama sehingga pengusaha kecil menderita di bawah birokrasi yang berbelit," kata Didik baru-baru ini.

Menurut Didik, sejumlah lembaga birokrasi yang bermasalah masih banyak terdapat di daerah di luar ibu kota Jakarta. Di sejumlah daerah di luar ibu kota, transparansi dan penghapusan pungutan liar menjadi isu utama yang harus dibenahi pemerintah untuk menarik investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

"Banyak birokrasi di daerah yang salah mengelola anggaran, seperti anggaran perjalanan dinas yang terlalu besar," katanya. Untuk birokrasi di pemerintah pusat, Didik menilai sudah mulai ada sejumlah lembaga yang melakukan pembenahan tata kelola pengurusan perizinan usaha.

"Beberapa lembaga yang mulai memiliki birokrasi yang baik antara lain Direktorat Jenderal Pajak lalu Bank Indonesia," kata Didik.

Kepastian hukum

Sementara itu pengamat ekonomi Universitas Indonesia (Fakultas Ekonomi UI), Monang Tobing, dalam suatu pemberitaan, menilai selain masalah birokrasi maka tidak adanya kepastian hukum adalah penghambat paling besar bagi investor untuk mengembangkan investasi di Indonesia.

Birokrasi yang berbelit-belit dan ketidakpastian usaha membuat kalangan investor terpuruk sehingga peringkat daya saing Indonesia di peta global menurun.

Monang mencontohkan, kasus pengusaha Hartati Murdaya yang diduga menjadi korban pemerasan oleh bupati, adalah contoh konkret bahwa hukum tidak ditegakkan demi melindungi investasi. Pemerintah daerah butuh investasi untuk mengembangkan daerahnya, sehingga seharusnya investor dilindungi, bukannya malah dipersulit, apalagi diperas.

"Inilah dilema pengusaha yang berniat baik memajukan daerah, malah diganjal oleh perilaku birokrat di daerah," katanya.

Menurut Monang Tobing, laporan WEF yang menempatkan daya saing Indonesia jauh di bawah Malaysia dan negara lainnya tersebut adalah pukulan telak, karena program reformasi birokrasi dan "debottlenecking" (menghilangkan hambatan dunia usaha) yang terus digembar-gemborkan pemerintah tidak menunjukkan hasil optimal.

Dikatakan, sebenarnya reformasi birokrasi sudah digulirkan terus -menerus sejak tahun 2007, tetapi perubahan belum banyak terlihat. Birokrasi masih menjadi masalah, prinsip-prinsip dan nilai-nilai birokrasi dalam implementasi otonomi daerah masih terabaikan.

Praktik korupsi merajalela, jabatan dimanfaatkan untuk kepentingan mengeruk keuntungan pribadi, keluarga, dan kelompok.

Tingginya biaya

Hal yang sama dikatakan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Ketua Umum Apindo, Sofjan Wanandi menilai tingginya biaya yang dibutuhkan dalam birokrasi merupakan penyebab utama turunnya daya saing ekonomi Indonesia.

"Biaya birokrasi yang tinggi menyebabkan investor enggan menanamkan modalnya di Indonesia," katanya.

Sofjan menilai masalah birokrasi tersebut sangat berkaitan erat dengan korupsi yang semakin marak di berbagai instansi.

"Ada hubungan erat antara korupsi dan birokrasi sehingga sangat menghambat pertumbuhan ekonomi," katanya.

Dia mengimbau pemerintah agar mengatasi kedua masalah mendasar tersebut.

"Kami hanya menginginkan dua hal, yakni regulasi dan birokrasi yang betul-betul dijalankan secara jujur," katanya.

Selain masalah birokrasi, Sofjan juga mengimbau agar pembangunan infrastuktur dibenahi dan dipercepat untuk mendorong kembali para investor agar berinvestasi.

"Jika kedua masalah itu teratasi, kami dari pihak pengusaha tidak akan ragu-ragu untuk berinvestasi, kalau perlu kita naikkan menjadi 30 persen investasinya," katanya.

Anggota Komisi VII DPR Dewi Aryani juga menilai birokrasi di Indonesia semakin memburuk.

"Birokrasi kita memang dalam taraf memprihatinkan sehingga diperlukan reformasi untuk membenahi berbagai kegiatan tata negara ini," katanya.

Kurang Kompeten

Salah satu penyebab kualitas dari pegawai negeri sipilnya. Wakil Menteri Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Eko Prasodjo, mengatakan jumlah pegawai negeri sipil (PNS) di Tanah Air lebih dari cukup namun kurang kompeten.

"Pegawai sangat banyak, tapi sulit mencari pegawai yang kompeten," ujar Eko.

Dia mengatakan sejumlah instansi pemerintahan dan pemerintah daerah banyak mengeluhkan sulitnya mencari pegawai yang memenuhi kualifikasi.

"Ini akibat seleksi yang dilakukan tidak dengan baik dan berindikasi dengan kecurangan," tambah dia.

Menurut dia, pemerintah seharusnya tidak boleh membiarkan orang yang menjadi PNS dengan cara membayar.

"Karena sekali kita dapat orang seperti, maka dia akan mengembalikan uang tersebut dengan berbagai cara."

Oleh karena itu, lanjut dia, mulai tahun ini Kementerian PAN dan RB mengubah pola seleksi dengan melibatkan banyak pihak, transparan, efisien, objektif, dan efektif.

"Penerimaan CPNS yang transparan membantu kepala daerah yang selama ini dibebani PNS titipan oleh keluarga dan kolega," jelas dia.

Pada penerimaan CPNS 2012, kata Eko, malah ada formasi yang masih kosong karena tidak ada peserta yang memenuhi kualisifikasi dan nilai kelulusan.

Sementara itu Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Azwar Abubakar mengatakan reformasi birokrasi merupakan prioritas utama dari 11 prioritas pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) II.

"Penempatan reformasi birokrasi sebagai prioritas pertama mengandung makna bahwa keberhasilan 10 program pembangunan lainnya sangat tergantung pada keberhasilan program tersebut, yang bertujuan mewujudkan birokrasi bersih, berintegritas tinggi, dan melayani," kata Azwar.

Dia mengatakan, penempatan reformasi birokrasi sebagai prioritas utama seharusnya mudah dipahami oleh berbagai pihak karena peran birokrasi sangat besar dalam proses implementasi berbagai sektor pembangunan.

"Reformasi birokrasi adalah kerja berat yang baru dapat dilihat hasilnya secara nyata dalam jangka panjang. Melalui implementasinya diharapkan terjadi perubahan yang positif dalam bidang kelembagaan, SDM dan akuntabilitas aparatur, pengawasan, dan pelayanan publik," ujarnya.

Oleh karena itu, lebih lanjut dikatakannya, untuk mempercepat pencapaian tujuan reformasi birokrasi, Kementerian PAN dan RB telah menyusun sembilan program percepatan refromasi birokrasi.

Beberapa program percepatan tersebut antara lain, penataan struktur birokrasi, penataan jumlah dan distribusi pegawai negeri sipil (PNS), sistem seleksi calon PNS dan promosi PNS secara terbuka, pengembangan sistem elektronik pemerintahan, peningkatan pelayanan publik, efisiensi penggunaan fasilitas.

"Melalui implementasi reformasi birokrasi, hasil yang diharapkan dapat dirasakan dalam waktu yang relatif singkat, terutama organisasi birokrasi yang lebih efisien dengan evaluasi terhadap lembaga nonstruktural dan penyederhanaan jenjang birokrasi," katanya.

Selain itu, Azwar berharap akan adanya peningkatan kualitas SDM aparatur melalui pola rekrutmen dan penempatan dalam jabatan yang lebih terbuka atau "open government" dan kompetitif.

(U002/A011) Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Satu pukulan Lino untuk 130 tahun Inilah bukti bahwa birokrasi kita tidak jadi faktor penghambat. Kata-kata itu diucapkan dengan semangat oleh RJ Lino, ...


View the original article here

Kala Naira membingkai kenangan perkenier

Penerbangan sudah mulai berkembang bahkan ada yang langsung dari Jakarta, selain juga melalui jalur laut."
Jakarta (ANTARA News) - Naira tak pernah meminta dirinya menjadi prasasti, namun toh ia adalah saksi bisu runtuhnya rumah-rumah perkenier dan kantor pengontrol perniagaan rempah-rempah di Hindia Timur.

Perkenier, sang tuan tanah itu, dulunya sempat berjaya di Naira, kota kecil yang tampak mengapung di Laut Banda.

Di sinilah lebih dari 600 ratus tahun lalu, di Naira yang kesepian, kapal-kapal itu berlabuh untuk kemudian membawa serta kekayaan rempah-rempah ke negeri asing yang hanya dihuni oleh manusia dengan ejaan nama yang demikian aneh.

Dulu pernah ada jalan berkerikil yang di sampingnya di hiasi pepohonan besar dan rimbun.

Namun Naira harus menyaksikan bagaimana pohon yang memerindah tata kota itu ditebang di era orde lama dan menyisakan reruntuhan di halaman bekas rumah para perkenier.

Naira yang kecil menyaksikan dalam kediamannya bagaimana ubin marmer dan perabot rumah lainya yang diangkut dari Belanda dilabuhkan di dermaganya untuk ditukar dengan cengkeh, pala, dan fuli sebagai pemberat kapal ke negeri Ratu Wilhelmina.

Di sana para jenderal dan saudagar Eropa telah terang-terangan ingin menguasai perniagaan rempah-rempah yang itu artinya bahwa Naira jatuh ke tangan mereka.

Ada pula jejak sang saudagar di Istana Gedung VOC yang menghadap Selat Zonnegat dengan Benteng Belgica di belakangnya di atas bukit Tabaleku.

Pendatang juga bisa melihat bahwa dulu Laksamana Verhoeven pun mendirikan Benteng Nassau di bekas pendudukan Portugis di sana.

Saat zaman berganti, Naira dan saudaranya di Kepulauan Maluku menjadi tempat pembuangan para pejuang kemerdekaan.

Untuk selanjutnya Naira dan kepulauan lainnya tahu persis bagaimana Bung Hatta, Sutan Syahrir, dan dr Cipto Mangunkusumo terhukum lantaran idealisme mereka untuk Indonesia merdeka.

Meski Naira harus menanggung beban sejarah yang demikian sarat lantaran kecantikan dan kekayaannya, ia membungkusnya dengan rapi dalam sebuah eksotika sejarah dan kecantikan alaminya hingga detik ini. Itulah cara Naira untuk menceritakan sejarahnya sendiri.

Bangkitnya Naira
Kecantikan Naira bersaudara sudah lama tak terdengar kabarnya sampai kemudian ia menjadi destinasi wisata minat khusus di bidang sejarah dan bahari.

"Kami sedang berupaya membangkitkan Naira, Banda, dan pulau-pulau lain di Provinsi Maluku menjadi daya tarik wisata. Di sini ada keragaman biota laut dan taman laut yang mengagumkan sekaligus kepulauan rempah-rempah terbesar di dunia yang memiliki magnet sejarah," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, Gaspersz.

Maluku boleh jadi bangga sebab kepulauan penghasil pala dan fuli terbesar di dunia sejak abad 17 itu nyaris memiliki segalanya sebagai daya tarik wisata.

Di sana terdapat berbagai peninggalan sejarah mulai dari benteng-benteng dan bangunan tua peninggalan berbagai bangsa mulai dari Portugis, China, Timur Tengah, Belanda, hingga rumah-rumah pengasingan para pejuang kemerdekaan.

Tak cukup satu hari Maluku disambangi sebab banyak tempat menarik menanti untuk dikunjungi; dari mulai Pulau Naira, Istana Mini, Benteng Nassau, Benteng Belgica, Rumah Pengasingan Bung Hatta, hingga Gereja tua.

Itu belum termasuk Patung Perunggu Stadhouder Willem III, Parigi Rante, Benteng Hollandica, Benteng Concordia, Kuburan Nona Lantzius, rumah perkenier, sumur suci, hingga air mata cilubintang dan harta bawah lautnya.

Jangan lupa untuk berwisata gunung di Gunung Api Canapus dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Di sana, pendatang akan disambut dengan tarian cakalele yang melegenda itu dan manggurebe belang yang begitu tersohor dulu.

Damai
Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu, menceritakan Maluku yang damai, tanpa pernah mengenal konflik apa pun.

"Ambon dan Maluku pada umumnya sudah tidak pernah sama sekali berada dalam konflik apalagi konflik agama, Maluku 100 persen aman. Kami juga berharap ini akan mendongkrak popularitas Maluku sebagai daerah kunjungan wisata," katanya.

Ia mengatakan, meski kepulauan kini ada banyak cara untuk mengunjungi Banda, Naira, Lonthoir, Nailaka, dan gugusan pulau-pulau lain yang cantik.

"Penerbangan sudah mulai berkembang bahkan ada yang langsung dari Jakarta, selain juga melalui jalur laut," katanya.

Kapal lokal, dikatakannya, juga menjadi andalan layanan antar-pulau di Maluku dan saat ini begitu mudah diakses.

Maluku secara umum juga telah beradaptasi dengan modernisasi di mana banyak investor mendirikan hotel berbintang, restoran, hingga pusat cenderamata yang unik.

Namun toh rumah makan dan kafe tidak pernah lupa pada akar sejarah mereka untuk tetap menyajikan papeda berikut ikan kuah pala banda yang kesohor itu.

Tak heran bila Maluku kini menjadi alternatif tujuan wisata bagi banyak orang.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pengestu, mengatakan, Maluku dengan pulau-pulau di dalamnya sangat potensial menjadi daya tarik wisata minat khusus.

"Maluku sangat potensial menjadi destinasi wisata bahari sekaligus sejarah," katanya.

Ia siap mendukung berbagai upaya untuk mempromosikan pariwisata Maluku termasuk festival seni dan budaya agar lebih dikenal luas sehingga semakin banyak wisatawan yang mampir.

Pemerintah Daerah Maluku sendiri mencatat jumlah kunjungan wisnus ke Maluku pada 2008 sebanyak 15.232 orang, 2009 meningkat 18.620 orang, pada 2010 naik menjadi 31.643 orang, pada 2011 menjadi 37.308 orang, dan semester 1 2012 mencapai 17.000.

Sedangkan wisatawan mancanegara (wisman) ke Maluku pada 2008 mencapai 2.805 orang, pada 2009 sebanyak 4.584 orang, pada 2010 meningkat menjadi 10.059 orang, pada 2011 naik menjadi 15.603 orang, dan pada 2012 ditargetkan 35.000 wisman.

Kelak Maluku dan Naira di dalamnya akan menjadi tujuan bagi siapapun yang rindu pada kenangan tentang perkenier.

(H016) Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Satu pukulan Lino untuk 130 tahun Inilah bukti bahwa birokrasi kita tidak jadi faktor penghambat. Kata-kata itu diucapkan dengan semangat oleh RJ Lino, ...

Klimaks Java Soulnation Festival musik Java Soulnation mencapai klimaks lewat penampilan deretan musisi pada hari terakhir pagelaran musik ...


View the original article here

Mbah Dargo dengan kalimat "sakti" kesenian

Kesenian harus terus dijalankan, generasi muda melanjutkan, ...."
Magelang (ANTARA News) - "Seni kuwi nek apik ora iso ditiru, nek elek ora iso dicacat," demikian kalimat Mbah Dargo yang dikutip menjadi dukungan buku "Budaya Lima Gunung, Belum Tergantung Trias Politika" terbitan Komunitas Lima Gunung pada 2007.

Kurang lebih pengertian kalimat Mbah Dargo yang nama lengkapnya Cokro Sudargo (84) tersebut adalah kesenian yang baik tidak bisa ditiru, sedangkan jika jelek tidak bisa dicela.

Kalimat Mbak Dargo dengan Bahasa Jawa ngoko itu terkesan begitu "sakti", membenam khususnya di lubuk kalangan seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Kabupaten Magelang dan mungkin juga sebagian kalangan seniman, pemerhati seni, dan budayawan lainnya.

Mbak Dargo bukan siapa-siapa. Dia warga biasa yang tinggal di kawasan barat puncak Gunung Merbabu, di Dusun Muneng Warangan, Desa Warangan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Istrinya, Salmi, telah meninggal dunia pada 2002. Mereka dikarunia dua anak laki-laki dengan 10 cucu. Saat ini Mbah Dargo dengan raut wajah dan badan masih menunjukkan sisa-sisa kekekaran sebagai petani gunung itu tinggal di rumah sederhana di dusunnya yang berudara sejuk.

Mbah Dargo tinggal bersama satu keluarga cucunya yang juga aparat desa setempat.

Kemungkinan karena usia Mbah Dargo yang makin uzur, sejak beberapa tahun terakhir, dia tak lagi terlihat hadir dalam berbagai agenda kesenian dan kebudayaan khususnya yang diselenggarakan Komunitas Lima Gunung.

Namun, saat seniman Magelang, Ardhi Gunawan, meninggal dunia dalam usai 49 tahun belum lama ini, Mbah Dargo terlihat dengan berbaju batik lengan panjang dan penutup kepala "iket" khas masyarakat Gunung Merbabu, hadir melayat di rumah duka di Kampung Dumpoh, Kelurahan Potrobangsan, Kota Magelang.

Mbah Dargo memanfaatkan kesempatan melayat itu untuk bertemu dan berbincang-bincang dengan sejumlah seniman, termasuk berjabat tangan tampak akrab dengan Pimpinan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo, Kabupaten Magelang yang juga budayawan Komunitas Lima Gunung, KH Muhammad Yusuf Chudlori.

Kalimat "sakti" Mbah Dargo itu memang sering diucapkannya melalui beberapa kali kesempatan berpidato dalam kegiatan kesenian dan kebudayaan Komunitas Lima Gunung yang dihadirinya beberapa tahun lalu.

Penyunting buku "Budaya Lima Gunung, Belum Tergantung Trias Politika", Dorothea Rosa Herliany dan Andreas Darmanto, menangkap kalimat "sakti" Mbah Dargo itu untuk menjadi "endorsement" buku kumpulan tulisan dari berbagai media massa tentang gerakan kebudayaan komunitas seniman petani itu.

Buku setebal 304 halaman itu dengan sampul depan bergambar patung batu karya seniman lereng Gunung Merapi, Ismanto, berjudul "Gunung Bersabda, You Cocot Kencono?", sedangkan di halaman akhir berupa puisi karya WS Rendra berjudul "Barangkali Karena Bulan" ditulis di Warangan, Juli 2003.

Kesenian Harus Dijalankan
"Mbahmu saiki wis tuwa, akeh nang ngomah. Kesenian kudu tetep mlaku, sing enom-enom neruske. Seni kuwi dadi uripe wong ndesa," kata Mbah Dargo, ketika ditemui ANTARA pada suatu sore beberapa waktu lalu di teras rumahnya di kawasan Gunung Merbabu.

Kira-kira terjemahan atas kalimat terkesan sederhana dalam bahasa Jawa Mbah Dargo itu sebagai berikut, "Kakekmu ini sudah tua, lebih banyak di rumah. Kesenian harus terus dijalankan, generasi muda melanjutkan, karena kesenian itu menjadi bagian penting kehidupan orang desa".

Ketika ditanya soal kalimat "Seni kuwi nek apik ora iso ditiru, nek elek ora iso dicacat," Mbah Dargo seolah tidak bersedia menjelaskan secara panjang lebar dan terkesan membiarkan siapa saja untuk bermain sendiri dalam interpretasi pikiran masing-masing.

Namun, dengan jari telunjuk tangan kanannya yang mengacung ke atas, raut muka serius, dan kedua bola mata melotot, lelaki tua tersebut dengan suara lantang dan keras seperti kebiasaan pembawaan hariannya itu mengatakan, "Yo ngono kuwi pancen e", yang maksudnya memang kesenian yang baik tidak bisa ditiru dan yang jelek tidak bisa dicela.

Maka, tatkala belum lama ini Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengeluarkan pernyataan terkesan menohok terkait pentas jaran kepang terjelek di dunia dalam suatu acara di kawasan Gunung Tidar Kota Magelang, barangkali sebagian kecil seniman setempat menjadi ingat terhadap kalimat "sakti" Mbah Dargo.

"Kalimat Mbak Dargo itu memang tak terlupakan," kata seorang pemuka Komunitas Lima Gunung, Riyadi.

Satu masalahnya, katanya, Gubernur Bibit Waluyo bisa dipastikan tidak pernah mengetahui siapa Mbah Dargo yang berkalimat "sakti" hingga membenam terutama di kalangan seniman petani Komunitas Lima Gunung itu, karena Mbah Dargo hanyalah sosok masyarakat biasa yang tinggal di satu dusun di kawasan Gunung Merbabu.

Mbah Dargo pun, kata Riyadi yang juga pemimpin Padepokan Wargo Budoyo Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, di kawasan Gunung Merbabu itu, kemungkinan besar juga tidak mengetahui siapa nama Gubernur Jateng saat ini, apalagi pernah bertemu langsung dengan Bibit Waluyo.

"Tetapi, kami para seniman gunung ini bisa mengerti maksud kalimat sakti Mbah Dargo. Itu kalimat pupuk untuk kami terus belajar menghargai dan mengapresiasi dengan baik dan arif terhadap kesenian," katanya.

Ia menyebut, pementasan suatu kesenian rakyat bukan sebatas soal pertunjukan itu sebagai hal yang baik atau buruk.

Setiap kesenian rakyat, katanya, memiliki kandungan filosofi yang tinggi terutama yang menyangkut nilai-nilai kehidupan sehari-hari masyarakat pendukungnya di kawasan pedesaan.

Bagi masyarakat dusun dan gunung, katanya, suatu pentas kesenian rakyat juga menyangkut kegembiraan hati baik secara personal maupun komunitas.

"Kesenian rakyat itu bukan soal baik atau jelek. Mengukurnya kesenian itu jelek bagaimana? Saya merinding kalau kesenian jaran kepang dibilang terjelek di dunia," katanya.

Ia menyebut kesenian rakyat selalu berbasis orang desa dan pementasannya pun untuk membuat hati gembira.

Maka, mementaskan suatu kesenian rakyat dalam suatu momentum tidak bisa asal-asalan, begitu pula mengapresiasi suatu kesenian rakyat juga bukan sekadar menyatakan soal baik atau jelek.

Kalimat "sakti" Mbah Dargo, "Seni kuwi nek apik ora iso ditiru, nek elek ora iso dicacat", boleh jadi sebagai bekal kearifan siapa saja dalam mengapresiasi suatu kesenian rakyat.

(M029) Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Klimaks Java Soulnation Festival musik Java Soulnation mencapai klimaks lewat penampilan deretan musisi pada hari terakhir pagelaran musik ...

Membrane di bawah bulan purnama KapatBulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang penggaraman yang luas di selatan Sampang, ...

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis ...


View the original article here

Lupakah rakyat pada pemberontakan G30-S PKI?

Setiap 1 Oktober, Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila. (ANTARA/M Agung Rajasa)

Jakarta (ANTARA News) - Beberapa hari terakhir, perhatian masyarakat Jakarta dan daerah lain di Tanah Air terpusat pada dua kasus, yakni tawuran antarpelajar di DKI Jakarta yang memakan korban dua pelajar meninggal dan peradilan beberapa tersangka kasus tindak pidana korupsi.Dua pelajar harus tewas di Jakarta setelah tawuran Senin(24/9) dan Rabu (26/9) lalu di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan dan di Manggarai di Jakarta Selatan. Kepolisian Metro Jakarta sampai- sampai harus mengirim beberapa petugasnya untuk membekuk seorang pelajar berinisial FR yang diduga pembunuh seorang siswa SMA Negeri 6 Jakarta yang berlokasi dekat terminal Blok M itu.Sementara itu, mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Senior Miranda Swaray Goeltom, Kamis itu juga, dijatuhi hukuman tiga tahun penjara dan denda Rp100 juta karena terbukti menyuap sejumlah anggota DPR masa bakti 2004-2009 agar memilihnya sebagai orang" nomor dua" pada bank sentral Indonesia.Sementara itu, perdebatan atau sedikitnya "debat kusir" mengenai dana talangan atau bail out tidak kurang dari Rp7 triliun bagi Bank Century terutama di kawasan Senayan tempat berkantornya para anggota Dewan Perwakilan Rakyat alias DPR belum juga usai. Padahal Tim Pengawas DPR sudah "mengorek-ngorek" keterangan dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar.Padahal tanggal 30 September dan 1 Oktober juga seharusnya menjadi fokus perhatian seluruh masyarakat Tanah Air karena dalam tanggal-tanggal itulah pada 1965 telah terjadi pemberontakan oleh Partai Komunis Indonesia atau PKI terhadap pemerintahan sah di Indonesia. Akibat pemberontakan pimpinan DN Aidit ini, Angkatan Darat harus kehilangan beberapa perwira tinggi dan perwira menengahnya serta seorang anak perempuan.Jenderal-jenderal TNI yang harus mengorbankan nyawa dan tubuhnya itu adalah Letnan Djenderal TNI Ahmad Yani, Mayor Jenderal TNI Soeprapto, Mayor Jenderal S Parman, Mayor Jenderal TNI Harjono MT, Brigadir Jenderal TNI DI Pandjaitan, serta Brigadir Jenderal TNI Soetojosiswomihardjo, dan juga Letnan Tendean.Sementara itu, Jenderal TNI Abdul Haris Nasution harua kehilangan putri ciliknya, Ade Irma, akibat upaya penculikan yang didalangi PKI dengan komandan lapangan Letnan Kolonel Untung.Jenazah para jenderal itu berhasil ditemukan di daerah Lubang Buaya dan sebagai penghormatan bangsa dan negara, para jenderal itu mendapat gelar Pahlawan Revolusi. Sebaliknya PKI yang telah berulangkali mencoba memberontak terhadap pemerintah yang sah dibubarkan sehingga tidak boleh bercokol lagi di Tanah Air sampai kapan pun.Karena sejumlah tokoh Angkatan Darat gugur akibat upaya pemberontakan itu, maka masyarakat Indonesia dan juga dunia internasional mulai mengenal nama Mayor Jenderal TNI Soeharto yang akhirnya memimpin Angkatan Darat hingga menjadi Presiden Republik Indonesia.Sementara Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan Jenderal AH Nasution pada upacara pelepasan ketujuh Pahlawan Revolusi yang bertepatan dengan Hari ABRI 5 Oktober 1965 menegaskan para prajurit merasa terhina oleh pemberontakan oleh partai komunis tersebut."Hari ini adalah Hari Angkatan Bersenjata, tapi kami dihinakan oleh penganiajaan," tegas Jenderal NasutionSetiap tahun, bangsa Indonesia, siapa pun presidennya mulai Soeharto, Abdurrahman Wahid, BJ Habibie, Megawati Soekarnoputri hingga Susilo Bambang Yudhoyono sampai saat ini, selalu datang ke Lubang Buaya untuk memperingati gagalnya upaya pemberontakan yang biasa disebut Hari Peringatan Kesaktian Pancasila itu.Pada upacara ini, sang presiden setelah memimpin upacara, kemudian beserta para undangan mendatangi lubang-lubang yang digali untuk menyembunyikan jenazah para korban penculikan yang didalangi partai komunis tersebut. Sekalipun upacara tiap tahun dilaksanakan di Jakarta dan seluruh tanah air, tetap saja muncul pertanyaan-pertanyaan amat sederhana, antara lain sekalipun PKI dibubarkan, secara otomotis sudah hilangkah  pikiran dan ajaran komunis di Tanah Air tercinta ini? Apakah ajaran komunis yang masih ada di berbagai negara seperti China, Rusia, Kuba tidak mungkin menyusup lagi ke Indonesia melalui berbagai cara dan berbagai sarana? Sudahkah dan selalukah pemerintah menyiapkan langkah mengusir ajaran komunis, termasuk dalma "bentuk barunya"?Sekalipun PKI sudah dibubarkan, bangsa Indonesia tetap berhubungan dengan berbagai negara komunis di berbagai belahan dunia yang bisa diperkirakan akan tetap berusaha masuk ke Indonesia melalui berbagai cara dan bentuk, apalagi negara -negara komunis itu tahu betul kerawanan dan kegelisahan yang muncul di sini, misalnya sikap apriori  sejumlah warga terhadap para pejabat, prilaku koruptif sebagian pejabat dan pegawai negeri, hingga legislatif dan yudikatif.Lalu, apakah TNI dan Polri terus memantau kemungkinan masuknya lagi pikiran komunis dan orang-orangnya ke sini?Pemberontakan G-30-S PKI memang sudah terjadi puluhan tahu lalu, tapi apakah bangsa ini sudah boleh lega bernapas sehingga "membusungkan dada" siap menghadapi kemungkinan masuknya ajaran komunis ke sini. Pertanyaan demi pertanyaan ini bisa muncul setiap saat terutama jika bangsa Indonesia memasuki bulan September dan Oktober khususnya dan tidak mudah menjawabnya. Namun para pejabat, mulai dari yang tertinggi seperti presiden, wakil presiden, menteri- menteri, sampai pimpinan TNI dan Polri, tokoh agama, pendidik, dan pimpinan partai politik seharusnya menjamin bahwa komunis dalam bentuk apa pun  tidak akan masuk lagi ke Indonesia, karena sekarang saja masyarakat dan bangsa ini sudah direpotkanh oleh setumpuk masalah yang harus dihadapinya. Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis ...


View the original article here

Lelaki Korea rasa Indonesia

Kim Soo-il (Istimewa)

Mengapa ngurusi Indonesia terus"
Jakarta (ANTARA News) - Ketika dia belajar bahasa Indonesia pada 1970, banyak orang bertanya-tanya padanya karena hal itu dinilai tidak sesuai dengan sosoknya yang dikenal dan pandai. Pantasnya dia mengambil jurusan bahasa Inggris.Tapi Kim Soo-il mengaku tidak peduli pada anggapan dan pertanyaan banyak orang itu karena baginya Indonesia akan menjadi "sesuatu" suatu saat nanti.Menurut dia, ada semangat yang sama antara Indonesia dan Korea sebagai negara yang lepas dari penjajahan tanpa infrastruktur memadai. Ada semangat yang menjadi modal untuk membangun negeri.Kim terus belajar bahasa Indonesia dan membuktikan prestasinya di bangku kuliah sebagai ketua dari mahasiswa yang mengambil jurusan bahasa asing.Begitu lulus dari bangku kuliah, dia pun berbisnis dengan orang Indonesia."Awal tamat kuliah saya trading. Saya impor kerajinan rotan dari Indonesia," kata Kim Soo-Il saat berbincang dengan wartawan di gedung Busan Indonesia Center (BIC), Busan, Korea Selatan, pertengahan September, di sela kunjungan Menparekraf Mari Elka Pangestu.Bisnis beli dan jual berbagai kerajinan rotan tersebut, kata Pak Kim, begitu dia disapa oleh orang Indonesia yang mengenalnya, mendatangkan banyak uang untuknya. Kursi rotan, meja rotan, keranjang rotan, dan banyak perabot dari rotan lainnya, menjadikannya orang yang sejahtera.Belajar bahasa Indonesia memaksa dia juga belajar budaya negeri itu, kata Kim, dan hal itu membuatnya jatuh cinta pada Indonesia dan masyarakatnya. Maka, ketika Kim mulai menikmati keuntungan dari bisnis hasil alam Indonesia, dia secara sadar mempromosikan Indonesia. Dia kemudian dikenal sebagai Indonesia banget di mata orang yang mengenalnya, baik bagi orang senegerinya maupun bagi orang Indonesia yang mengenalnya.Hingga suatu kali, pada 1993, Presiden Soeharto menunjuk Kim sebagai Konsul Kehormatan Indonesia di Busan, kota besar di sebelah tenggara Korea Selatan, dua jam berkereta atau tidak sampai satu jam berpesawat dari Seoul.Jabatan Konsul Kehormatan Indonesia dijabatnya sampai 2007.Menurut dia, kecintaannya pada Indonesia dan jabatannya sebagai wakil Indonesia di negerinya sendiri itu bukannya tanpa pandangan negatif dari sejumlah orang. Ada pertanyaan soal nasionalisme ditujukan kepadanya."Mengapa ngurusi Indonesia terus," kata Kim menirukan pertanyaan pengkritiknya itu.Maka, dia pun memenuhi permintaan pemerintahnya untuk menjadi wakil Korsel di negeri orang. Dia menjadi Duta Besar Korea Selatan di Timor Leste pada 2008."Sebenarnya saya ingin jadi Duta Besar di Indonesia. Tapi saat itu posisi itu sudah terisi," katanya.Saat itu, ada beberapa negara yang ditawarkan kepadanya, termasuk negara di Eropa. "Saya pilih Timor Leste, karena dekat dengan Indonesia," katanya sambil terkekeh dengan gaya khasnya.Ketika di Timor Leste, Kim ternyata tetap cinta Indonesia. Dia mengaku sering mangkal di Kedubes RI di negara yang sama.Dia mengaku selalu siap sedia membantu persoalan Indonesia di Timor Leste, sehingga sering kali mobil dinasnya diparkir di KBRI sepanjang hari."Orang-orang bilang, ada dua Dubes Indonesia di Timor Leste," katanya.Tugas sebagai duta besar pun akhirnya berakhir dan Pror Kim, begitu sebagian orang memanggilnya, kembali ke tanah asalnya di Busan. Selesainya tugas kenegaraan itu pun memberi lelaki berusia 67 tahun itu waktu  untuk kembali ke hobinya, mengurusi Indonesia. Kecintaan Kim pada Indonesia akhirnya memiliki bentuk yang makin populer ketika dia menggunakan uang pribadinya membangun sebuah gedung di tengah kota Busan yang dia dedikasikan sebagai pusatnya Indonesia di kota itu dengan nama Busan Indonesia Center (BIC).Gedung BIC berada di pinggir jalan utama Busan, terletak di antara apartemen, sekolah, gerai makan, taman umum dan pertokoan.Ada poster besar bertuliskan wonderful Indonesia dalam bahasa Inggris dan Korea.Poster promosi bergambar penari Bali dengan latar lapangan golf tersebut menyambut kedatangan Menparekraf Mari Elka Pengestu ke gedung yang diresmikan pada 13 April 2012 tersebut.Beragam informasi mengenai Indonesia diperoleh di gedung yang kini juga menjadi kantor bagi maskapai Garuda Indonesia dan kantor BNP2TKI ini."Gedung ini dibangun dari uang Pak Kim sendiri," kata Duta Besar Indonesia untuk Korsel Nicholas T Dammen di BIC dalam acara promosi wisata di gedung itu.Menurut Kim, dia membangun gedung itu dengan dana sebesar enam juta dolar AS (hampir Rp60 milyar)."Ini bagi saya ibarat melunaskan utang ke Indonesia," kata pria murah senyum yang kini menjadi guru besar jurusan studi Indonesia pada Busan University of Foreign Studies.Di gedung itu pula Mari memulai kunjungannya ke Korsel (23-26/9) dengan menanam sebatang pohon di halaman BIC.Mari tiba di Busan hari Minggu. Tapi berkat Kim, kunjungan Mari untuk mempromosikan daerah wisata Indonesia di luar Bali itu mendapat sambutan puluhan pihak berkepentingan.Kota berpenduduk empat juta itu memang berpotensi menjadi pasar wisata bagi Indonesia, kata Kim, apalagi faktanya, saat ini, orang Korea yang ada di Indonesia didominasi orang Busan.Kota Busan juga terkenal karena festival filmnya dan Fakultas Film dan Video Universitas Dongseo. Di universitas itu pula, pada hari libur tersebut, Mari diterima petinggi kampus untuk membuka peluang kerja sama pengembangan perfilman yang menjadi tugasnya mengelola perekonomian kreatif.Menurut Kim, proses belajar memang perlu terus dilakukan agar lebih maju. Dia ingin Indonesia semakin maju, dan yakin suatu saat nanti Indonesia bukan hanya terimbas gelombang Korea, seperti K-Pop yang kini sedang menerpa ke mana-mana.Dia mengatakan, Indonesia juga bisa menciptakan gelombang yang akan mengalir ke berbagai penjuru."Saya ingin Indonesia maju. Indonesia maju maka nama saya juga naik. Saya akan banyak pekerjaan," kata Kim, penasihat Kedutaan Indonesia di Korsel.Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Resensi: pemaknaan dan sisi ringan wartawan berhaji Buku tentang perjalanan menunaikan ibadah haji sudah banyak ditulis. Salah satu yang fenomenal adalah yang ditulis ...


View the original article here

Problem susu etawa di Bukit Menorah

Menteri BUMN, Dahlan Iskan (kanan), berbincang dengan pemilik stan ketika mengunjungi salah satu stan hasil karya pada pameran Indonesia Creative Centre (ICC) di Gedung Sarinah, Jakarta, Selasa (18/9). ICC adaah wadah kemitraan bagi binaan BUMN. Program PKBL oleh BUMN juga bisa meningkatkan harkat hidup masyarakat banyak. (FOTO ANTARA/Zabur Karuru)

... pada takut. Takut punya utang dan takut tidak bisa mengembalikan...

Saya salah perhitungan. Berbekal alamat saja ternyata tidak cukup. Rencana untuk tiba di desa itu pukul 17.00 pun meleset.

Jarak Jogja-Purworejo yang diperkirakan bisa ditempuh satu jam ternyata harus tiga jam. Untuk bisa keluar dari Jogja saja sudah memerlukan waktu satu jam sendiri. Proyek flyover di ujung ring road Jogja itu membuat lalu-lintas sore hari macet-cet.

Tapi, itu bukan menyebab utama. Kesalahan fatalnya karena saya salah memilih jalan: untuk ke desa Sumowono ternyata bisa lewat Godean. Tidak perlu masuk kota Purworejo. Tapi nafsu besar untuk bisa menikmati dawet hitam yang terkenal itu membuat saya ingin masuk kota Purworejo.

Akhirnya saya baru masuk desa itu pukul 20.30. Sepi. Gelap. Pak Lurah Maryono pun tidak di rumah. Untung bisa dicari untuk segera pulang. Sudah lama saya ingin ke desa ini karena keistimewaan kambingnya. Tapi tidak mungkin di kegelapan seperti itu saya bisa melihat di mana letak kecantikan kambing-kambing Sumowono.

Maka saya putuskan saja bermalam di desa itu. Baru pagi-pagi keesokan harinya keinginan melihat kambing istimewa itu terlaksana. Sambil menikmati hawa sejuk pagi hari di Bukit Menoreh.

Malam itu, di rumah Pak Maryono yang belum sepenuhnya jadi, kami bisa ngobrol lesehan dengan beberapa penduduk yang memelihara kambing bantuan BUMN. Saya ingin melihat sendiri kenyataan di lapangan apakah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN itu benar-benar sebaik yang dilaporkan.

Kian malam obrolan kian menarik. Suguhan singkong goreng dan pisang rebusnya enak sekali. Apalagi Bu Lurah Maryono juga menyuguhkan susu hangat dari kambing etawa, yang manisnya berasal dari gula aren produksi desa sendiri.

Obrolan di lantai malam itu kian lengkap karena Pak Bupati Purworejo, Drs Mahsun Zain, tiba-tiba muncul ikut lesehan. Inilah obrolan yang penuh canda karena banyak juga membicarakan masalah seks! Terutama hubungan seks antar kambing.

"Kalau terjadi hubungan seks, di sini, pihak wanitanya yang harus bayar," ujar Warman, seorang penerima bantuan kambing etawa BUMN PT Jasa Raharja (Persero). "Sekali hubungan Rp 50.000," tambahnya.

Waktu itu, 1,5 tahun lalu, Warman bersama 23 orang penduduk Sumowono menerima pinjaman Jasa Raharja masing-masing Rp 15 juta. Bunganya hanya enam persen setahun. Tiap orang bebas menentukan strateginya sendiri. Boleh membeli lima kambing kecil-kecil, boleh juga membeli tiga kambing yang sudah besar. Marwan membeli tiga kambing etawa: dua induk dan satu calon induk.

Sabtu kemarin, ketika saya di sana, kambing Warman sudah 14! Hanya dalam waktu 1,5 tahun.

Warman termasuk warga yang cerdas dalam menentukan strategi mengenai jenis kambing yang harus dibeli dengan uang Rp 15 juta itu. Sama-sama dapat pinjaman Rp 15 juta, ada yang saat ini baru memiliki 10 kambing. 

Program ini memang sangat berhasil. Dari 23 orang yang tergabung dalam kelompok Ngudi Luwih, tidak satu pun yang gagal. Semua kambing mereka berkembang. Semuanya mampu membayar cicilan pertama sebesar Rp 5 juta.

Kalau toh ada yang belum memuaskan, program ini belum menyentuh penduduk yang termiskin di desa itu.

Soal inilah yang malam itu kami obrolkan sampai malam: bagaimana penduduk yang termiskin bisa dientas lewat program yang sama. Menurut Pak Lurah, masih ada 100 KK (dari 350) yang sangat miskin. Seratus KK tersebut kami kelompokkan: mana yang bisa segera ditangani dan mana yang harus tahap berikutnya.

Ternyata ada 40 KK yang bisa segera dibikinkan program yang sama. Pak Lurah bersama penduduk yang sudah terbukti mampu mengembangkan kambing, sepakat untuk bersama-sama menuntun 40 orang itu. "Baik Pak. Kami akan ikut membina mereka," ujar Pak Lurah.

Awalnya, bantuan tersebut ditawarkan kepada siapa saja di desa itu. Tentu harus untuk membeli kambing etawa. Ini karena memelihara etawa sudah mendarah mendaging di pegunungan itu. Sudah sejak zaman Belanda. Tapi, ternyata, mereka yang tergolong termiskin tersebut tidak mau mendaftar.

Mengapa? "Mereka pada takut. Takut punya utang dan takut tidak bisa mengembalikan," ujar Pak Lurah. Tapi setelah melihat banyak penduduk yang berhasil, sebagian dari 100 orang tersebut kini mulai berani.

Misalnya Pak Habib Abdul Rosyid. Habib adalah imam di masjid kecil di desa itu. Bacaan ayat-ayat Al Qurannya sangat baik. Habib hanyalah tamatan madrasah tsanawiyah (setingkat SMP), yang karena kemiskinannya tidak melanjutkan ke tingkat yang lebih atas. 

Sehari-hari Habib (42 tahun) menjadi buruh tani, mencangkul atau mencari rumput. Habib juga memelihara enam kambing tapi milik orang lain. Habib hanya menggadu.

Usai salat subuh yang dia imamnya, saya ngobrol lesehan dengan seluruh jamaah di teras masjid. Tentu obrolan mengenai kambing etawa. Habib tiba-tiba mengajukan diri untuk mendapatkan bantuan Jasa Raharja.

"Mengapa tidak ikut kelompok yang pertama dulu?" tanya saya.

"Waktu itu saya takut Pak. Ternyata bapak-bapak ini berhasil semua," ujarnya.

"Sekarang sudah berani?" tanya saya.

"Berani Pak. Saya harus berhasil. Saya harus maju. Dan lagi anak saya tiga. Sudah mulai ada yang masuk SMP. Sudah mulai memerlukan banyak biaya," tambahnya.

Habib juga segera ingin berubah. Dari memelihara kambing biasa milik orang lain menjadi memelihara kambing etawa milik sendiri. Kambing biasa, kata Habib, memerlukan makan sangat banyak. "Dua kali lipat dari kambing etawa," tambahnya. "Kambing etawa hanya sekali makan. Kambing biasa tidak henti-hentinya makan. Menjelang tidur pun masih makan," kata Habib.

"Di musim kemarau seperti ini saya harus cari rumput sampai lima kilometer jauhnya," katanya.

Salon Kambing

Kambing etawa adalah kambing yang dipelihara bukan karena dagingnya, tapi karena kecantikannya. Tubuhnya tinggi (90 cm), besar, indah, dan bulunya (khususnya bulu panjang yang tumbuh di bagian pantatnya) sangat seksi. Bentuk wajahnya manis seperti ikan lohan. Telinganya panjang menjuntai dengan bentuk yang mirip hiasan di leher.

Memang, orang memelihara kambing etawa karena harga jualnya yang tinggi. Satu ekor bisa mencapai Rp 10 juta. Mengalahkan harga kerbau sekali pun. Memang, memelihara kambing etawa seperti memelihara ikan lohan atau burung cucakrowo: untuk hobi. Karena itu peternak etawa harus amat rajin merawat kambingnya. Agar terlihat selalu cantik. Kalau perlu sesekali membawa kambingnya ke salon kambing.

Pagi itu kebetulan lagi hari pasaran kambing etawa di Kaligesing. Pak Bupati, yang pagi-pagi kembali ke Sumowono, mengajak saya ke pasar hewan. Seru! Inilah satu-satunya bursa kambing etawa di republik ini. Pemilik etawa datang dari berbagai kabupaten. Menurut catatan pintu retribusi, lebih 700 ekor etawa yang ditransaksikan hari itu.

Di tengah-tengah bursa itulah salon kambing dibuka. Pagi itu saya lihat banyak pemilik kambing yang antre: ada yang ingin mempercantik tanduknya ada pula yang ingin memotongkan kuku kambing mereka.

Dari segi penyakit pun, hanya satu yang ditakutkan: kanker payudara. Karena itu peternak harus rajin meraba-raba payudara kambing mereka. Begitu payudara itu terasa lebih panas dari suhu tangan yang meraba, haruslah segera disuntik. Kalau tidak, payudara itu akan mengeras, membiru, dan tidak sampai seminggu akan mati.

Apalagi, dalam setiap lomba, keindahan payudara termasuk yang dinilai. Kian indah payudaranya, kian mahal harga jualnya.

Tapi yang paling menentukan adalah kemampuannya memproduksi anak. Untuk itu peternak harus hafal kapan kambingnya mulai birahi. Ini bisa dilihat dari kemaluannya yang memerah, atau yang sepanjang malam gelisah, tidak mau tidur dan terus mengembik. Kalau sudah begini, peternak harus segera membawanya ke pejantan untuk dikawinkan.

Betina yang lagi birahi tersebut dimasukkan ke kandang pejantan. Pemiliknya harus selalu mengintip. Ini untuk memastikan apakah perkawinan sudah terjadi. Biasanya tidak lama. Dalam waktu setengah jam, perkawinan sudah terjadi dua kali. Cukup. Betinanya segera dikeluarkan dan dibawa pulang. Tentu setelah membayar Rp 50.000.

Setengah bulan kemudian, kalau belum terjadi tanda-tanda kehamilan, sang betina dikawinkan lagi. Kali ini gratis.

Di satu desa Sumowono ini hanya ada tiga pejantan handal. Satu milik bersama di kelompok Ngudi Luwih. Yang dua ekor lagi milik perorangan. "Satu pejantan bisa melayani 40 betina dalam sebulan," ujar Marwan. Berarti satu pejantan menghasilkan uang Rp 2 juta sebulan.

"Tidak boleh terlalu sering mengawini. Kualitas keturunannya bisa kurang baik," tambahnya. Semua peternak mengharapkan kualitas kambing mereka baik agar harga jualnya kelak bisa tinggi.

Tidak boleh juga habis mengawini satu betina langsung mengawini betina lainnya. Pernah terjadi, kata Marwan, yang diharapkan lahir kambing dengan kepala hitam, ternyata yang lahir merah. Padahal jantannya berkepala hitam dan betinanya juga berkepala hitam. "Ini karena jantannya baru saja mengawini betina yang berkepala merah," katanya.

Entahlah.

Yang jelas mayoritas peternak menginginkan bagian kepala sampai leher dan dada berwarna hitam. Batas warna hitam dengan warna putih di bagian tubuhnya juga harus rapi. Telinganya juga harus hitam yang panjangnya mencapai 30 cm. Untung-untungan seperti inilah yang membuat tidak semua peternak bernasib baik. "Ada peternak yang waris dan ada yang tidak waris," katanya.

Tentu saya akan meminta Jasa Marga untuk meneruskan program ini. Sampai yang 100 orang termiskin tersebut bisa tertangani. Desa ini memang sudah berhasil keluar dari status desa tertinggal, tapi 100 KK termiskin tersebut masih mengganjal.

"Satu liter susu sapi hanya berharga Rp 6.000. Satu liter susu kambing etawa Rp 15.000!" Ujar Agus Suherman, kepala bidang di Kementerian BUMN yang mengurus PKBL.

Apalagi minat ber-etawa terus meningkat. Pak Solikun, misalnya.

Tahun lalu Pak Solikun memiliki enam kerbau. Kini kerbau itu dia jual semua. Dia belikan etawa. Memelihara kerbau, katanya, bukan main susahnya. (Ini saya benarkan karena waktu kecil saya juga sering memandikan kerbau). Padahal harga satu kerbau kalah dengan satu kambing etawa yang baik.

Tak ayal bila di seluruh desa ini kini hanya tinggal ada lima kerbau. Ini pun rasanya tidak akan lama. Kerbau akan segera hilang dari desa etawa ini.

(*) Menteri BUMN


View the original article here